INTERAKSI
Hasil Interview Informan Pertama Oleh Ust Fakhruddin Ahmad, ST dan Ust
Mujawwir LC
Proses Interaksi terjadi pada saat
mereka makan,istirahat dan olahraga. Dan
meskipun terdapat budaya yang berbeda akan tetapi mereka saling memahami dan
saling menegerti antara satu sama lain.
Adapun suku santri adalah
1. Bugis
sinjai
2. Bugis
Maros/Camba
3. Bugis
Bone
4. Mkassar/Gowa/Takalar/Jenneponto
5. Luwuk
6. Bugis
Enrekang
7. Suku
Toraja dan
8. Papua/Aceh
danTimur Leste
BUDAYA/TRADISI
PESANTREN
Adapun dalam budaya/Tradisi Pesantern
adalah
1.
Kiamul Lail / Wajibullail di peruntukkan untuk
santri setiap hari jam 02:30 malam
2.
Pengajian Akbar biasanya dilakukan bersama warga
masyarakat di sekitar pesantren guna untuk mempererat silatuhrahmi, saling
menghormati tiap hari bada subuh.
3.
Menghapal Al-Qur’an hukumnya wajib pada setiap
santri.
4.
Latihan Dakwah/Praktek Dakwah yang dilakukan setiap
malam .
5.
Pengajian pesantren terlibat UST ,Sntri dan
warga 4 dlm seminggu
SYSTEM (ATURAN PESANTREN)
Untuk Mempertahankan Tradisi Pesantren dan menjauhkan
santri Dari dampak negative modernisasi / Asimilasi maka terdapat aturan
sebagai berikut :
1. Santri
dilarang keras memakai Alat Electronik
2. Santri
dilarang keras memakai Jeans
3. Santri
dilarang keras merokok
4. Santri
dilarang pacaran
5. Dilarang
keluar kampus
Sistem Nilai & Sikap
Hasil
Wawancara Informan Kedua Oleh Ust Abdul Rahim, SE
1.
Faktor yang apa yang
melatarbelakangi pendirian pondok pesantren Darul Istiqamah diberbagai daerah,
pada khususnya di kab. Maros ?
Jawab : Menurut Ust Fakhruddin
Ahmad, ST Selaku wakil Sekjen Pesantren bahwasanya yang melatar belakangi
berdirinya Ponpes Darul Istiqamah di berbagai daerah, khususnya di Kab. Maros
adalah
1)
Adanya Hidayah dari Allah
2)
Adanya bantuan hibah Tanah dari warga setempat
2. Apakah Ponpes Darul Istiqamah menganut mazhab tertentu dalam
menjalankan pendidikan dan ajaran Islam ?
Jawab : Masalah mengenai mazhab dalam Ponpes Darul
Istiqamah itu tidak ada. Dan pada hakikatnya mereka hanya berpedoman pada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah mematuhi dan menjalani sebagaimana mestinya.
3.
Bagaimana pendapat anda
tentang deferensiasi pemahaman dalam
ajaran Islam ?
Jawab : Adanya
perbedaan paham tentang ajaran islam itu adalah hal yang wajar asalkan tidak
saling menjatuhkan,menyalahkan dan saling mengadu domba antara sesama muslim
dan berpedoman terhadap Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
4.
Bagaimana menurut anda
tentang rekonsilasi antara agama dan budaya local ?
Jawab : Nah
itulah ciri khas sebetulnya pesantren dalam hal perbaikan, pemulihan
Dan bahkan menjaga tali persodaraan antara
budaya yang berbeda, selama itu tidak
melenceng dari islam kenapa tidak di adakan yang namanya rekonsilasi.
5.
Bagaimana sikap anda
tentang sentiment primordial (etnik,rasial dan agama) yang kadang menyudutkan
umat Islam ?
Jawab : Menurut Ust Taufiqurrahman
bahwa dia cukup perihatin melihat mereka yang sentiment terhadap umat Islam,
dan pada hakikatnya meskipun mereka dari etnik, rasial dan agama yang berbeda
dan sentiment terhadap Islam akan tetapi
selama mereka tidak mengganggu Islam maka kami pun gak mengganggu mereka.
Dimensi Hubungan Interaksi/Simbolik
Hasil Wawancara Informan Ketiga
Oleh Ust Ahmad Abu Dzar & Ust Rico Taumunga ( Pembina)
1.
Apakah bahasa Arab &
Inggrish merupakan bahasa yang diwajibkan dalam komunikasi antara santri ?
Jawab : Pondok
Pesantren Darul Istiqamah mempunyai 2 bahasa wajib yaitu bahasa Arab dan
Inggris, akan tetapi bahasa yang di utamakan adalah bahasa Arab di karenakan
60% semua pelajaran berbahasa Arab, sehingga bahasa ini sangat menonjol Ponpes
ini dan sangat ditekankan kepada santri untuk di kuasai. Ponpes ini mempunyai
bagian bahasa atau di sebut dengan istilah Qismullughoh yang berfungsi sebagai pengawas
bahasa sehari hari dalam lingkungan Ponpes, Penerapan 2 bahasa wajib tersebut
dalam seminggu yaitu Bahasa Arab 5 hari dan Inggris 2 Hari.
2. Faktor apa yang melatarbelakangi
sehingga bahasa tersebut menjadi kewajiban para santri dalam berkomunikasi ?
Jawab : Adapun yang menjadi factor di wajibkannya bahasa
sebagai komunikasi sehari hari yaitu
adalah sebagai berikut :
1) Untuk Penguasaan Bahasa santri/
kompetensi berbahasa Asing
2) Merupakan ciri khas Pondok Pesantren
3) Karena Bahasa Arab adalah bahasa
Al-Qur’an
4) LIPIA ( Lembaga Ilmu Pengatahuan
Indonesia Arab ) adalah lembaga yang
terdapat di Jakarta sebagai pusat pengembangan bahasa Arab, jadi santri Ponpes
Al-Istiqomah yang berpotensi/ pintar dalam berbahasa arab maka di kirim ke
LIPIA untuk belajar/berkompetisi bahasa Arab dengan pesantren lain.
3. Apakah terdapat cirri khas
tertentu dalam dalam berbusana yang menjadi symbol/identitas bagi santri Darul
Istiqamah ?
Jawab : Mengenai masalah busana santri, yaitu masih mengikuti
aturan Ponpes itu sendiri, misalnya mereka berbusana sesuai dengan jam/waktu
yang telah di tetapkan sebagai contoh adalah pada saat berolah raga mereka
mengenakan busana baju kaos dan celana pendek yang agak longgar, begitu pula
pada saat Shalat dan pada saat masuk kelas.
4. Apakah suatu adat istiadat atau
tradisi tertentu ketika komunikasi berlangsung antara kiai dan santri, Pembina
& Santri ,Warga setempat dan Santri , Santri & Santri ?
Jawab : Jika
komunikasi berlangsung antara penduduk local Ponpes Darul Istqamah, mereka
mengkondisikannya apabila terjadi komunikasi, sebagai contoh misalnya : Apabila
terjadi proses komunikasi antara Kiyai dan santri, mereka mengondisikan proses
komunikasinya sesuai dengan kelasnya, apabila santri Tsanawiyah biasanya kiyai
menggunakan bahasa Indonesia dan apabila kelas Aliah maka biasanya Kiyai
menggunakan bahasa Arab/Inggris. Dan jika
proses komunikasi terjadi pada Pembina ke santri harus menggunakan
bahasa wajib dan tidak memandang jenjang kelasnya karena posisi Pembina adalah
mereka yang menerapkan aturan wajib berbahasa. Sedangkan antara santri ke warga
setempat biasanya menggunakan bahasa Indonesia karena terdapat suku yg
berbeda,budaya yang berbeda dan tingkat Ilmu pengatahuan agama yang berbeda.
Sedangkan proses komunikasi antara santri diwajibkan mereka berbahasa Arab dan
Inggrish dengan dialek mereka masing
masing.
5. Bagaimana santri Menyikapi perbedaaan
latar social-Budaya di antara mereka ?
Jawab : Cara Mereka menyikapi adanya perbedaan budaya antara
santri dengan saling menghargai, saling memahami dan saling menghormati antara
mereka para santri dan dengan ini Pembina santri berperan penting dalam
memberikan pembekalan, pengarahan dan pembinaan tentang cara berahlak,
memberikan motivasi moril, perbaikan akhlakulkarim sehingga mereka saling
mempelajari perbedaan dari bahasa mereka masing masing dan biasanya Para
Pembina memberikan pembekalan setelah shalat Fardhu.
6. Bagaimana tindakan
/ekspresi komunikasi di antara santri yang dilatarbelakangi perbedaan budaya ?
Jawab : Adapun tindakan/ekspresi mereka pada saat
berkomunikasi dengan budaya yang berbeda
terkadang mereka bingung dengan bahasa mereka masing masing sehingga mereka
mengalihkan pembicaraan ke bahasa Indonesia akan tetapi masih tetap dialek
mereka masing masing. Terkadang secara tidak di sengaja mereka saling mengejek
ejek antara bahasa daerah mereka masing masing dan terkadang mereka saling
belajar tentang perbedaaan bahasaa mereka masing masing dan selama ini adanya
perbedaaan bahsa tersebut jarang terjadi konflik antara santri karena mereka
sudah dididik tentang arti saling menghargai dan saling memahami.
7. Hal apa saja yang
dilaksanakan oleh warga Ponpes untuk membangun hubungan komunikasi social
dengan warga setempat ?
Jawab :Biasanya Proses komunikasi terjadi antara warga
apabila terdapat acara/kegiatan warga yang melibatkan santri sebagai contoh
misalnya acara kematian sehingga melibatkan santri untuk shalat Jenazah dan
kerja bakti juga melibatkan santri dengan bergotong royong sehingga terjadi
proses komunikasi antara mereka.
8. Bagaimana metode dakwah
yang di kembangkan di Ponpes Darul Istiqomah ?
Jawab: sebetulnya untuk metode tidak ada, akan tetapi secara
rutin dalam pengembangan Dakwah Ponpes terhadap santri mereka menerapkan
mengadakan pelatihan Dakwah secara rutin dalam 4 bahasa :
a. Bahasa Daerah ( Bugis) pada malam Jum’at
b.
Bahasa
Arab pada hari selasa
c. Bahasa Inggrish pada hari minggu
d. Bahasa Indonesia pada hari Senin,
rabu, Kamis dan sabtu
Dimensi Instutisional
Hasil Wawancara Oleh Ust Taufiqurrahman,S.Hi Umpard( Staf
Guru )
1. Apakah yang di maksud
dengan konsep pendidikan Integratif antara salafiah dan khalafiah ?
Jawab: Mengenai masalah konsep pendidikan, penyatuan antara
salafiah dan khalafiah itu tidak ada, akan tetapi dalam lingkup Ponpes Darul
Istiqamah ini hanya menganut paham Islami, yang agak sedikit mendekati
Muhammadiah akan tetapi tidak termasuk dalam lingkup Muhammadiah salah satu
contohnya adalah pada saat sholat hari raya ID biasanya secara umum memakai
& kali takbir akan tetapi di Popes hanya sekali.
2. Kebijakan apa yang menjadi
prioritas pengelola Ponpes Darul Istiqamah dalam hal pendidikan dan pembinaan
santri ?
Jawab: Dalam pendidikan dan pengembangan santri yng menjadi
Skala Prioritas adalah pengembangan dan pembinaan tentang Dakwah, Bahasa Arab
dan Menghapal Al-Qur’an yakni dengan catatan :
1) Praktek pendidikan & Latihan
2) Pengamalan Pendidikan &
Pengabdian kepada masyarakat
3. Sejauh mana Efektifitas sistem
pendidikan Darul Istiqamah dalam menciptakan Output/SDM berkualitas ?
Jawab : mereka benar
benar di gembleng selama 6 tahun dalam hal diberikan pengenalan tentang
ekstensi pesantren dan pengembangan karakter / kompetensi dalam hal
berdikari/mandiri, bekal mental atau motivasi
secara mendalam kepada santri dan di berikan pembinaan tentang kewajiban
dalam berbahasa wajib, membaca atau sampai menghapal Al-Qur’an sehingga natinya
terbentuk jiwa jiwa santri yg bisa bermasyarakat dan berguna di mata masyarakat.
4. Bagaimana pendapat anda
tentang modernisasi atau pembaharuan pendidikan Islam ?
Jawab: Modernisasi adalah dinamika msyarakat islam. Dan semua
perubahan/modernisasi itu akan di respon salama masih dalam tuntunan dan nilai
islam. Dan pada saat ini ponpes udah mulai membuka / menerima adanya modernisasi
akan tetapi hanya bentuk modernisasi berdampak positif saja pada pesntren dan t
berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah.
5. Metode/Strategi apa yang
diterapkan untuk mengembangkan konsep pendidikan kepesantrenan di era
globalisasi ?
Jawab: Dalam pengembangan konsep pendidikan pesantern tidak
ada metode / strategi yang di terapkan akan tetapi pada awalnya santri di
berikan pendidikan karakter, pengembangan karakter dan motivasi sehingga dapat
mengembangkan kependidikan santri.
Dimensi Material & Estetika
Hasil Wawancar Oleh Ust Fakhruddin Ahmad, ST ( Sekjen
Pesantren)
1. Bagaimana pendapat anda
tentang apresiasi kesenian di pondok pesntren sebagai medium transformasi nilai
kebenaran dan ekspresi diri dalam mengembangkan senidakwah Islam ?
Jawab: Dalam pengembangan seni dakwah islam santri biasanya
membuat suatu kegiatan yang di sebut dengan Malam Dakwah Sariyah yng di laksanakan
setiap sebulan sekali yang mana di dalamnya terdapat berbagai macam kesenian sebagai
seni transformasi Nilai kebenaran santri seperti misalnya drama Komedi dan
Tragedi Islami dan Musik Islami yang berduansa dakwah islami sehingga para
santri bisa beekspresi atau tertawa.
2. Apakah para santri memiliki
minat dan bakat di bidang kesenian tertentu ?
Jawab : Para santri masing masing memiliki minat dan bakat
tertentu dan biasanya mayoritas santri menyukai seni Nasyid dan Musik, karena
mereka menganggap bahwa nasyid dan music Islami adalah bagian dari Dakwah.
3. Meliputi apa saja bentuk
ekspresi Ponpes Darul Istiqamah terhadap kesenian dan budaya local setempat ?
Jawab : Bentuk
apresiasi ponpes kesenian antara budaya local seperti Tari tarian dan Taripakan
Bulo para penduduk local Ponpes hanya bisa menghargai, seling memahami seni
budaya warga setempat tersebut, begitu juga sebaliknya antara warga masyarakat
dan warga pesantren, di kerenakan tidak bermanfaat dan tidak mengandung nila
nilai Islami dari budaya warga setempat.
4. Apakah Arsitektur bangunan
dan berbagai fasilitas Ponpes terdapat corak kebudayaan tertentu ?
Jawab : Tidak, Arsitek bangunan Ponpes mayoritas hanya
terbuat dari kayu minoritas rumah batu artinya mengkondisikan bentuk bangunan
Ponpes . Dan agak sedikit mengikuti masyarakat setempat. Sedangkan fasilitas
Ponpes juga tidak dan sedangkan pekuburan Pesantren yakni mengikuti syariat
Islam seperti misalnya kuburan yang tidak di tembok.