Minggu, 12 Agustus 2012

Data ku ( Akulturasi )


INTERAKSI
Hasil Interview Informan Pertama  Oleh Ust Fakhruddin Ahmad, ST dan Ust Mujawwir LC
         Proses Interaksi terjadi pada saat mereka makan,istirahat  dan olahraga. Dan meskipun terdapat budaya yang berbeda akan tetapi mereka saling memahami dan saling menegerti antara satu sama lain.
Adapun suku santri  adalah
1.       Bugis sinjai
2.       Bugis Maros/Camba
3.       Bugis Bone
4.       Mkassar/Gowa/Takalar/Jenneponto
5.       Luwuk
6.       Bugis Enrekang
7.       Suku Toraja dan
8.       Papua/Aceh danTimur Leste

BUDAYA/TRADISI PESANTREN
         Adapun dalam budaya/Tradisi Pesantern adalah
1.       Kiamul Lail / Wajibullail di peruntukkan untuk santri setiap hari jam 02:30 malam
2.       Pengajian Akbar biasanya dilakukan bersama warga masyarakat di sekitar pesantren guna untuk mempererat silatuhrahmi, saling menghormati tiap hari bada subuh.
3.       Menghapal Al-Qur’an hukumnya wajib pada setiap santri.
4.       Latihan Dakwah/Praktek Dakwah yang dilakukan setiap malam .
5.       Pengajian pesantren terlibat UST ,Sntri dan warga 4 dlm seminggu

SYSTEM (ATURAN PESANTREN)
  Untuk Mempertahankan Tradisi Pesantren dan menjauhkan santri Dari dampak negative modernisasi / Asimilasi maka terdapat aturan sebagai berikut :
1.    Santri dilarang keras memakai Alat Electronik
2.    Santri dilarang keras memakai Jeans
3.    Santri dilarang keras merokok
4.    Santri dilarang pacaran
5.    Dilarang keluar kampus



Sistem Nilai & Sikap
Hasil Wawancara Informan Kedua Oleh Ust Abdul Rahim, SE

1.       Faktor yang apa yang melatarbelakangi pendirian pondok pesantren Darul Istiqamah diberbagai daerah, pada khususnya di kab. Maros ?
Jawab : Menurut Ust Fakhruddin Ahmad, ST Selaku wakil Sekjen Pesantren bahwasanya yang melatar belakangi berdirinya Ponpes Darul Istiqamah di berbagai daerah, khususnya di Kab. Maros adalah
1)   Adanya Hidayah dari Allah
2)   Adanya bantuan hibah Tanah dari warga setempat

2.       Apakah Ponpes Darul Istiqamah menganut mazhab tertentu dalam menjalankan pendidikan dan ajaran Islam ?
Jawab :  Masalah mengenai mazhab dalam Ponpes Darul Istiqamah itu tidak ada. Dan pada hakikatnya mereka hanya berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Sunnah mematuhi dan menjalani sebagaimana mestinya.
3.       Bagaimana pendapat anda tentang deferensiasi  pemahaman dalam ajaran Islam ?
Jawab  :  Adanya perbedaan paham tentang ajaran islam itu adalah hal yang wajar asalkan tidak saling menjatuhkan,menyalahkan dan saling mengadu domba antara sesama muslim dan berpedoman terhadap Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
4.       Bagaimana menurut anda tentang rekonsilasi antara agama dan budaya local ?
Jawab  :  Nah itulah ciri khas sebetulnya pesantren dalam hal perbaikan, pemulihan
Dan bahkan menjaga tali persodaraan antara budaya yang berbeda,  selama itu tidak melenceng dari islam kenapa tidak di adakan yang namanya rekonsilasi.
5.       Bagaimana sikap anda tentang sentiment primordial (etnik,rasial dan agama) yang kadang menyudutkan umat Islam ?
Jawab : Menurut Ust Taufiqurrahman bahwa dia cukup perihatin melihat mereka yang sentiment terhadap umat Islam, dan pada hakikatnya meskipun mereka dari etnik, rasial dan agama yang berbeda dan sentiment terhadap Islam  akan tetapi selama mereka tidak mengganggu Islam maka kami pun gak mengganggu mereka. 
Dimensi Hubungan Interaksi/Simbolik
            Hasil Wawancara Informan Ketiga Oleh Ust Ahmad Abu Dzar & Ust Rico Taumunga ( Pembina)
1.       Apakah bahasa Arab & Inggrish merupakan bahasa yang diwajibkan dalam komunikasi antara santri ?
Jawab :  Pondok Pesantren Darul Istiqamah mempunyai 2 bahasa wajib yaitu bahasa Arab dan Inggris, akan tetapi bahasa yang di utamakan adalah bahasa Arab di karenakan 60% semua pelajaran berbahasa Arab, sehingga bahasa ini sangat menonjol Ponpes ini dan sangat ditekankan kepada santri untuk di kuasai. Ponpes ini mempunyai bagian bahasa atau di sebut dengan istilah Qismullughoh yang berfungsi sebagai pengawas bahasa sehari hari dalam lingkungan Ponpes, Penerapan 2 bahasa wajib tersebut dalam seminggu yaitu Bahasa Arab 5 hari dan Inggris 2 Hari.
2.      Faktor apa yang melatarbelakangi sehingga bahasa tersebut menjadi kewajiban para santri dalam berkomunikasi ?
Jawab : Adapun yang menjadi factor di wajibkannya bahasa sebagai komunikasi sehari   hari yaitu adalah sebagai berikut :
1)   Untuk Penguasaan Bahasa santri/ kompetensi berbahasa Asing
2)   Merupakan ciri khas Pondok Pesantren
3)   Karena Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an
4)   LIPIA ( Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia Arab )  adalah lembaga yang terdapat di Jakarta sebagai pusat pengembangan bahasa Arab, jadi santri Ponpes Al-Istiqomah yang berpotensi/ pintar dalam berbahasa arab maka di kirim ke LIPIA untuk belajar/berkompetisi bahasa Arab dengan pesantren lain.
3.      Apakah terdapat cirri khas tertentu dalam dalam berbusana yang menjadi symbol/identitas bagi santri Darul Istiqamah ?
Jawab : Mengenai masalah busana santri, yaitu masih mengikuti aturan Ponpes itu sendiri, misalnya mereka berbusana sesuai dengan jam/waktu yang telah di tetapkan sebagai contoh adalah pada saat berolah raga mereka mengenakan busana baju kaos dan celana pendek yang agak longgar, begitu pula pada saat Shalat dan pada saat masuk kelas.
4.      Apakah suatu adat istiadat atau tradisi tertentu ketika komunikasi berlangsung antara kiai dan santri, Pembina & Santri ,Warga setempat dan Santri , Santri & Santri ?
Jawab :   Jika komunikasi berlangsung antara penduduk local Ponpes Darul Istqamah, mereka mengkondisikannya apabila terjadi komunikasi, sebagai contoh misalnya : Apabila terjadi proses komunikasi antara Kiyai dan santri, mereka mengondisikan proses komunikasinya sesuai dengan kelasnya, apabila santri Tsanawiyah biasanya kiyai menggunakan bahasa Indonesia dan apabila kelas Aliah maka biasanya Kiyai menggunakan bahasa Arab/Inggris. Dan jika  proses komunikasi terjadi pada Pembina ke santri harus menggunakan bahasa wajib dan tidak memandang jenjang kelasnya karena posisi Pembina adalah mereka yang menerapkan aturan wajib berbahasa. Sedangkan antara santri ke warga setempat biasanya menggunakan bahasa Indonesia karena terdapat suku yg berbeda,budaya yang berbeda dan tingkat Ilmu pengatahuan agama yang berbeda. Sedangkan proses komunikasi antara santri diwajibkan mereka berbahasa Arab dan Inggrish dengan  dialek mereka masing masing.

5.      Bagaimana santri Menyikapi perbedaaan latar social-Budaya di antara mereka ?
Jawab : Cara Mereka menyikapi adanya perbedaan budaya antara santri dengan saling menghargai, saling memahami dan saling menghormati antara mereka para santri dan dengan ini Pembina santri berperan penting dalam memberikan pembekalan, pengarahan dan pembinaan tentang cara berahlak, memberikan motivasi moril, perbaikan akhlakulkarim sehingga mereka saling mempelajari perbedaan dari bahasa mereka masing masing dan biasanya Para Pembina memberikan pembekalan setelah shalat Fardhu.
6.      Bagaimana tindakan /ekspresi komunikasi di antara santri yang dilatarbelakangi perbedaan budaya ?
Jawab : Adapun tindakan/ekspresi mereka pada saat berkomunikasi dengan  budaya yang berbeda terkadang mereka bingung dengan bahasa mereka masing masing sehingga mereka mengalihkan pembicaraan ke bahasa Indonesia akan tetapi masih tetap dialek mereka masing masing. Terkadang secara tidak di sengaja mereka saling mengejek ejek antara bahasa daerah mereka masing masing dan terkadang mereka saling belajar tentang perbedaaan bahasaa mereka masing masing dan selama ini adanya perbedaaan bahsa tersebut jarang terjadi konflik antara santri karena mereka sudah dididik tentang arti saling menghargai dan saling memahami.
7.      Hal apa saja yang dilaksanakan oleh warga Ponpes untuk membangun hubungan komunikasi social dengan warga setempat ?
Jawab :Biasanya Proses komunikasi terjadi antara warga apabila terdapat acara/kegiatan warga yang melibatkan santri sebagai contoh misalnya acara kematian sehingga melibatkan santri untuk shalat Jenazah dan kerja bakti juga melibatkan santri dengan bergotong royong sehingga terjadi proses komunikasi antara mereka.
8.      Bagaimana metode dakwah yang di kembangkan di Ponpes Darul Istiqomah ?
Jawab: sebetulnya untuk metode tidak ada, akan tetapi secara rutin dalam pengembangan Dakwah Ponpes terhadap santri mereka menerapkan mengadakan pelatihan Dakwah secara rutin dalam 4 bahasa :
a.      Bahasa  Daerah ( Bugis) pada malam Jum’at
b.      Bahasa Arab pada hari selasa  
c.       Bahasa Inggrish pada hari minggu
d.      Bahasa Indonesia pada hari Senin, rabu, Kamis dan sabtu



Dimensi Instutisional
Hasil Wawancara Oleh Ust Taufiqurrahman,S.Hi Umpard( Staf Guru )
1.      Apakah yang di maksud dengan konsep pendidikan Integratif antara salafiah dan khalafiah ?
Jawab: Mengenai masalah konsep pendidikan, penyatuan antara salafiah dan khalafiah itu tidak ada, akan tetapi dalam lingkup Ponpes Darul Istiqamah ini hanya menganut paham Islami, yang agak sedikit mendekati Muhammadiah akan tetapi tidak termasuk dalam lingkup Muhammadiah salah satu contohnya adalah pada saat sholat hari raya ID biasanya secara umum memakai & kali takbir akan tetapi di Popes hanya sekali.
2.      Kebijakan apa yang menjadi prioritas pengelola Ponpes Darul Istiqamah dalam hal pendidikan dan pembinaan santri ?
Jawab: Dalam pendidikan dan pengembangan santri yng menjadi Skala Prioritas adalah pengembangan dan pembinaan tentang Dakwah, Bahasa Arab dan Menghapal Al-Qur’an yakni dengan catatan :
1)   Praktek pendidikan & Latihan
2)   Pengamalan Pendidikan & Pengabdian kepada masyarakat
3.      Sejauh mana Efektifitas sistem pendidikan Darul Istiqamah dalam menciptakan Output/SDM berkualitas ?
Jawab :  mereka benar benar di gembleng selama 6 tahun dalam hal diberikan pengenalan tentang ekstensi pesantren dan pengembangan karakter / kompetensi dalam hal berdikari/mandiri, bekal mental atau motivasi  secara mendalam kepada santri dan di berikan pembinaan tentang kewajiban dalam berbahasa wajib, membaca atau sampai menghapal Al-Qur’an sehingga natinya terbentuk jiwa jiwa santri yg bisa bermasyarakat dan berguna di mata masyarakat.
4.      Bagaimana pendapat anda tentang modernisasi atau pembaharuan pendidikan Islam ?
Jawab: Modernisasi adalah dinamika msyarakat islam. Dan semua perubahan/modernisasi itu akan di respon salama masih dalam tuntunan dan nilai islam. Dan pada saat ini ponpes udah mulai membuka / menerima adanya modernisasi akan tetapi hanya bentuk modernisasi berdampak positif saja pada pesntren dan t berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah.
5.      Metode/Strategi apa yang diterapkan untuk mengembangkan konsep pendidikan kepesantrenan di era globalisasi ?
Jawab: Dalam pengembangan konsep pendidikan pesantern tidak ada metode / strategi yang di terapkan akan tetapi pada awalnya santri di berikan pendidikan karakter, pengembangan karakter dan motivasi sehingga dapat mengembangkan kependidikan santri.
Dimensi Material & Estetika
Hasil Wawancar Oleh Ust Fakhruddin Ahmad, ST ( Sekjen Pesantren)
1.      Bagaimana pendapat anda tentang apresiasi kesenian di pondok pesntren sebagai medium transformasi nilai kebenaran dan ekspresi diri dalam mengembangkan senidakwah Islam ?
Jawab: Dalam pengembangan seni dakwah islam santri biasanya membuat suatu kegiatan yang di sebut dengan Malam Dakwah Sariyah yng di laksanakan setiap sebulan sekali yang mana di dalamnya terdapat berbagai macam kesenian sebagai seni transformasi Nilai kebenaran santri seperti misalnya drama Komedi dan Tragedi Islami dan Musik Islami yang berduansa dakwah islami sehingga para santri bisa beekspresi atau tertawa.
2.      Apakah para santri memiliki minat dan bakat di bidang kesenian tertentu ?
Jawab : Para santri masing masing memiliki minat dan bakat tertentu dan biasanya mayoritas santri menyukai seni Nasyid dan Musik, karena mereka menganggap bahwa nasyid dan music Islami adalah bagian dari Dakwah.
3.      Meliputi apa saja bentuk ekspresi Ponpes Darul Istiqamah terhadap kesenian dan budaya local setempat ?
Jawab :   Bentuk apresiasi ponpes kesenian antara budaya local seperti Tari tarian dan Taripakan Bulo para penduduk local Ponpes hanya bisa menghargai, seling memahami seni budaya warga setempat tersebut, begitu juga sebaliknya antara warga masyarakat dan warga pesantren, di kerenakan tidak bermanfaat dan tidak mengandung nila nilai Islami dari budaya warga setempat.
4.      Apakah Arsitektur bangunan dan berbagai fasilitas Ponpes terdapat corak kebudayaan tertentu ?
Jawab :  Tidak,  Arsitek bangunan Ponpes mayoritas hanya terbuat dari kayu minoritas rumah batu artinya mengkondisikan bentuk bangunan Ponpes . Dan agak sedikit mengikuti masyarakat setempat. Sedangkan fasilitas Ponpes juga tidak dan sedangkan  pekuburan Pesantren yakni mengikuti syariat Islam seperti misalnya kuburan yang tidak di tembok.