Senin, 15 Juli 2013

GERAKAN SOSIAL SEBAGAI KEKUATAN PERUBAHAN

   Banyak pakar yang menyimak peran khas gerakan sosial ini. Mereka melihat gerakan sosial sebagai salah satu cara utama untuk menata ulang masyarakat modern (Blumer, 1951: 154); sebagai pencipta perubahan sosial (Killian,1964; 426); sebagai aktor historis (Touraine 1977; 298); sebagai agen perubahan kehidupan politik atau pembawa proyek historis (Eyerman & Jamison, 1991; 26).

 Ada pula yang menyatakan: ”gerakan massa dan konflik yang ditimbulkannya adalah agen utama perubahan sosial ” (Adamson & Borgos, 1984; 12). Cara gerakan sosial menyesuaikan diri dengan agen perubahan lainya adalah
Kriteria pertama, perubahan berasal ”dari bawah”, melalui aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat biasa dengan derajat ”kebersamaan” yang berbeda-beda. Perubahan lain mungkin berasal ”dari atas”, melalui aktifitas elite yang berkuasa (penguasa, pemerintah, manajer, administrator, dll) mampu memaksakan kehendaknya kepada anggota masyarakat yang lain.
Kriteria kedua, perubahan mungkin diinginkan, diinginkan oleh agen, dilaksanakan sebagai realisasi proyek yang mereka rencanakan sebelumnya; perubahan lain mungkin muncul sebagai efek samping tak diharapkan, efek samping dari tindakan yang tujuannya sama sekali berlainan.
 1. Definisi gerakan sosial 
     Ø Kolektivitas yang bertindak bersama.
     Ø Tujuan bersama tindakannya adalah perubahan      tertentu dalam masyarakat mereka yang ditetapkan partisipan menurut cara yang sama.
     Ø Kolektivitasnya relatif tersebar namun lebih rendah derajatnya dari organisasi formal.
     Ø Tindakannya mempunyai derajat spontanitas relatif tinggi namun tak terlembaga dan bentuknya tak konvensional. Jadi gerakan sosial adalah tindakan kolektif yang diorganisir secara longgar, tanpa cara terlembaga untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat mereka.

    Penekanan serupa juga ditemukan oleh definisi beberapa ahli, diantaranya adalah :
   Ø Upaya kolektif untuk membangun tatanan kehidupan yang baru (Blumer, 1951; 199)
   Ø Upaya kolektif untuk mengubah tatanan norma dan nilai (Smelser, 1962; 3) Pakar kontempoter mengemukakan ciri gerakan sosial adalah Tindakan kolektif yang kurang lebih terorganisir, bertujuan perubahan sosial atau lebih tepatnya kelompok individu yang secara bersama bertujuan mengungkapkan perasaan tak puas secara kolektif di depan umum dan mengubah basis sosial dan politik yang dirasakan tak memuaskan itu. (Eyerman & Jamison, 1991; 43-44) 

      Adapun hubungan keeratan antara gerakan sosial dengan perubahan sosial adalah ”Perubahan sosial adalah basis yang menentukan ciri gerakan sosial. Gerakan sosial berkaitan erat dengan perubahan sosial. (Wood & Jackson, 1982: 6) Berikut penjelasannya:
    Ø Perubahan sosial selaku tujuan gerakan sosial berarti dua hal yang berbeda. Tujuannya dapat menjadi posistif dan negatif. Dapat menjadi positif, memperkenalkan sesuatu yang belum ada. Negatif, menghentikan, mencegah atau membalikkan perubahan yang dihasilkan proses yang tak berkaitan dengan gerakan sosial (misalnya kemerosotan lingkungan alam, kenaikan angka fertilitas)
    Ø Gerakan sosial mempunyai berbagai status penyebab berkenaan dengan perubahan. Disatu fihak, gerakan ini dianggap sebagai penyebab utama perubahan dalam arti sebagai kondisi yang diperlukan dan cukup untuk menimbulkan perubahan. Dilain fihak, gerakan sosial hanya dapat dilihat sebagai dampak, gejala yang menyertai proses untuk dikembangkan oleh daya dorongnya sendiri (misalnya menyertai kemajuan modernisasi, urbanisasi, dll)
     Ø Berkaitan dengan bidang tempat terjadinya perubahan sosial yang disebabkan oleh gerakan sosial. Biasanya dilakukan oleh masyarakat yang lebih luas yang berada di luar gerakan itu sendiri. Kelihatannya gerakan sosial itui sendiri seakan-akan adalah tindakan terhadap masayarakat dari luarnya, tetapi jangan lupa bahwa setiap gerakan sosial merupakan segmen anggotanya dan merembesi bidang fungsi tertentu.
 2. Gerakan sosial dan modernitas Gerakan sosial besar-lah yang menyumbang terhadap kelahiran modernitas di saat revolusi borjuis besar di Inggris, Perancis, dan AS. Strategi dan taktik gerakan disemua zaman itu telah berkembang, namun kebanyakan pengamat sependapat bahwa hanya dalam masyarakat modern-lah ”era gerakan sosial benar-benar dimulai”. Gerakan sosial adalah bagian sentral modernitas. Gerakan sosial menentukan ciri-ciri politik modern dan masyarakat modern (Eyerman & Jamison, 1991: 53).
   Alasan yang menyebabkan gerakan sosial dizaman modern teori menonjol, diantaranya adalah:
   Ø Teori Durkheim. Kecenderugan kepadatan penduduk dikawasan sempit terjadi bersamaan dengan urbanisasi dan industrialisasi dan menghasilkan kepadatan moral penduduk yang besar.
   Ø Gambaran modenitas lain adalah disebut ”Tema Tonnies”, yakni atomisasi dan isolasi individu dalam Gesellschaft yang bersifat impersonal.
   Ø Tema Marxian. Peningkatan ketimpangan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan perbedaan kekuasaan, dan prestise yang sangat tajam ini menimbulkan pengalaman dan kesan eksploitasi, penindasan, ketidakadilan, dan perampasan hak yang menimbulkan permusuhan dan konflik kelompok.
    Ø Tema Webberian, Transformasi demokratis sistem politik, membuka peluang bagi tindakan kolektif massa rakyat.
    Ø Gambaran yang disebut Tema Comte dan Saint Somin. Mereka menekankan modernitas pada penaklukan, kontrol, dominasi, dan manipulasi realitas mula-mula terhadap realitas alam dan akhirnya juga terhadap realitas masyarakat manusia.
     Ø Masyarakat modern mengalami peningkatan pendidikan dan mempunyai kultur umum. Partisipasi dalam gerakan sosial membutuhkan kesadaran, imajinasi, kepekaan moral, dan perhatian terhadap masalah publik dalam derajat tertentu serta kemampuan menggeneralisirnya dari pengalaman pribadi dan lokal.
     Ø Kemunculan dan penyebaran media massa (Molotch, 1979) media massa merupakan instrumen yang sangat kuat untuk mengartikulasikan, membentuk, dan menyatukan keyakinan, merumuskan dan menyebarkan pesan ideologis, serta membentuk pendapat umum.
  3. Tipe gerakan sosial. 
  Gerakan sosial memiliki tipe yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
    Ø Gerakan sosial yang berbeda menurut bidang perubahan yang diinginkan. Ada yang terbatas tujuannya, hanya untuk mengubah aspek tertentu kehidupan masyarakat tanpa menyentuh inti struktur institusinya, gerakan yang hanya menginginkan perubahan ”di dalam” ketimbang perubahan masyarakatnya sebagai keseluruhan disebut gerakan reformasi. Contoh: gerakan pro dan anti aborsi yang menuntut perubahan UU yang sepantasnya, gerakan perlindungan binatang, dll.
    Ø Gerakan sosial yang berbeda dalam kualitas perubahan yang diinginkan. Singkatnya, gerakan ini membentuk masyarakat ke dalam suatu pola yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Orientasi gerakan ini adalah masa depan. Perubahan diarahkan ke masa depan dan menekankan pada suatu hal yang baru disebut gerakan progresif. Contoh: gerakan republik, sosialis, dan gerakan wanita. Perubahan yang mereka ajukan diarahkan kebelakang dan ditekankan pada tradisi disebut gerakan konservatif, contoh gerakan mayoritas moral di AS yang menghimbau untuk kembali ke nilai-nilai keluarga.
    Ø Gerakan yang berbeda dalam target perubahan yang diinginkan. Ada yang memusatkan perhatian pada perubahan struktur sosial, ada yang pada perubahan individual. Gerakan perubahan struktural ada dua: 1)Gerakan sosial politik yang berupaya mengubah stratifikasi politik, ekonomi dan kelas serta senantiasa menentang penguasa negara yang mempunyai kekuasaan formal sangat kecil. 2)Gerakan sosio-kultural, yang mengusulkan perubahan keyakinan, nilai, norma, simbol dan pola hidup sehari-hari. Contoh: gerakan hipies punk.
   Gerakan yang lebih menargetkan individu ketimbang struktur juga ada dua, yaitu a)Gerakan suci, mistik, religius yang berjuang mengubah atau menyelamatkan anggotanya dan menghidupkan suasana keagamaan. Contoh: gerakan penyebar injil yang diprakarsai oleh Paus John Paul. b)Gerakan sekuler yang berupaya memperbaiki moral atau mental anggotanya.
    Ø Gerakan sosial yang berbeda mengenai ”arah perubahan yang diinginkan”. Kebanyakan gerakan mempunyai arah positif, seperti mencoba memperkenalkan perubahan tertentu, membuat perbedaan. Arah positif ini juga dipertahankan ketika gerakan mobilisasi untuk mencegah perubahan, baru kemudian arahnya negatif. Contoh: gerakan mempertahankan kultur asli pribumi, memerangi globalisasi, dll.
     Ø Gerakan sosial yang berbeda dalam strategi yang melandasi atau ”logika tindakan mereka (Rucht, 1988) ada yang mengikuti logika instrumental; gerakan ini berjuang untuk mendapatkan kekuasaan politik dan dengan kekuasaan itu memaksakan perubahan yang diinginkan dalam hukum, institusi, dan organisasi masyarakat. Contoh: partai hijau Jerman, dan gerakan solidaritas di Polandia. Gerakan lain mengikuti ”logika perasaan (expressive) yang berjuang menegaskan identitas, untuk mendapatkan pengakuan nilai-nilai mereka atau pandangan hidup mereka, untuk mencapai otonomi, persamaan hak, emansipasi politik, kultural bagi anggotanya atau mendapatkan anggota lebih banyak. Contoh: gerakan hak-hak sipil, etnis dan feminisme.
    Ø Perbedaan tipe gerakan sosial yang ditemukan sangat memonjol dalam epos sejarah yang berlainan. Gerakan yang menonjol di fase awal modernitas yang memusatkan pada kepentingan ekonomi. Contoh: klasiknya gerakan serikat buruh dan petani. Dalam dekade belakangan ini mayarakat kapitalis paling maju memasuki fase terakhir modernitas atau yang dikenal post-modern, menyaksikan tipe lain gerakan sosial, yang disebut gerakan sosial baru (Tauraine, 1991; Offe, 1995) contohnya gerakan ekologi, perdamaian, dll.
     Ø Bila orang melihat pada masyarakat konkret, pada waktu histeris konkret, disitu akan selalu tampak susunan gerakan sosial yang kompleks dan heterogen. Lebih tepatnya; tiap gerakan menciptakan kondisi untuk memobilisasi gerakan tandingan. 4. Dinamika internal gerakan sosial Bahasan dinamika internal gerakan dibagi atas empat tahap utama, asal-usul, mobilisasi, perluasan struktur dan terminasi.
    Ø Semua gerakan sosial berasal dari kondisi khusus. Gerakan sosial lahir dalam kecenderungan struktur historis. Secara umum dapat dikatakan bahwa sebelumnya ada struktur, sudah tersedia tumpukan sumber daya dan fasilitas untuk gerakan. Kondisi struktural yang kondusif dan ketegangan struktural (Smelser, 1962) adalah perlu tetapi tak cukup untuk membangkitkan suatu gerakan. Dalam fase selanjutnya, proses harus bergerak kebidang kesadaran sosial. Keberhasilan tindakan kolektif berawal dari transformasi yang signifikan dalam kesadaran kolektif aktor yang terlibat (McAdams, et.al., 1988; 713).
    Ø Kejadian yang tak signifikan menutup awal karir gerakan dan memulai tahapan mobilisasi. Gelombang pertama yang di kerahkan adalah orang yang paling dipengaruhi oleh kondisi buruk yang melahirkan gerakan, orang yang mempunyai kesadaran dan kepekaan paling tajam terhadap isu sentral gerakan dan orang yang paling bertanggung jawab secara intelektual, emosional, moral, politis terhadap penyebab timbulnya gerakan. Pada gelombang kedua membawa anggota yang mencari keselarasan dan makna dalam kehidupan. Pengaruh keikutsertaan pihak yang menang tak hanya berperan tetapi juga dalam merekrut gerakan. Dalam gerakan kedua ini orang bergabung lebih karena untuk mendapatkan kesenangan hidup ketimbang keyakinan.
    Ø Mobilisasi membuka tahap utama selanjutnya dalam perkembangan gerakan yaitu pengembangan struktural. Yang berjalan dari pengumpulan individu yang akan memobilisasi hingga menjadikan anggota penuh organisasi gerakan: a) Kita dapat membedakan antara empat subproses morphogenesis internal ini, kemunculan bertahap (artikulasi) ide kepercayaan, keyakinan, dan istilah bersama tentang harapan dan proses. (Rude, 1964: 75). 2) Lalu kemunculan (institusionalisasi) norma dan nilai baru yang mengatur fungsi internal gerakan menyediakan kriteria untuk mengkritik kondisi eksternal yang akan dijadikan target gerakan itu sendiri. 3)Subproses berikutnya adalah kemunculan (terpolanya) struktur organisasi internal yang baru; pola interaksi, hubungan, ikatan, perhatian, kesetiaan, dan komitmen baru dikalangan anggota. 4)Subproses terakhir adalah kemunculan kristalisasi struktur peluang baru, hierarki ketergantungan, dominasi, kepemimpinan, pengaruh, dan kekuasaan baru didalam gerakan. Dasar keanggotaan gerakan selalu distratifikasi secara internal; terdapat berbagai tingkatan partisipasi, komitmen dan tanggung jawab.
   5. Dinamika eksternal gerakan sosial Gerakan sosial akan dilihat sebagai ’kotak hitam” melupakan perkembangan internalnya. Dampak terhadap struktur eksternal dapat dinilai dalam kaitannya dengan tujuan semula yang ingin mewujudkan gerakan atau membandingkannya dengan kecenderungan perubahan historis objektif dan konkret. Pivem dan Cloward mengatakan ”Apa yang dimenangkan harus dinilai dengan apa yang mungkin” (1979; xiii). Begitu pula dampak nyata gerakan yang didasari sepenuhnya oleh anggotanya, harus dibedakan dari kemungkinan adanya fungsi tersembunyi (efek samping yang tak disadari dan tak dinginkan) terakhir, efek jangka pendek harus dibedakan dari efek jangka panjang yang hanya akan berwujud dengan sindirinya di masa depan. Akibat gerakan sosial selalu kompleks dan ambivalen maka apa yang dianggap sukses menurut satu ukuran relatif mungkin terbukti gagal menurut relatif lain dan sebaliknya. Contoh: gerakan oposisi yang dinilai kalah, remuk, hancur, mungkin meninggalkan efek struktural abadi, melapangkan jalan untuk kemenangan akhirnya. 6. Keadaan teori gerakan sosial Seperti sub bidang sosiologi lain, sosiologi gerakan berkaitan erat dengan teori umum sosiologi. Keduanya saling berhubungan. Pertama, setiap riset gerakan sosial bertolak dari teori umum tentang masyarakat. Kedua, hasil riset gerakan sosial memperkuat keyakinan terhadap teori umum sosiologi tertentu dan merontokkan yang lain. Contoh: teori perkembangan sejarah (historisisme) melukiskan proses historis mempunyai logika, makna atau berbentuk khusus dan mengalami kemajuan menurut cara tertentu sesuai dengan ”hukum besi” sejarah. Karena itu teori ini memandang gerakan sosial semata sebagai simpton atau fenomena perubahan sosial yang terus menerus. Kecenderungan kerah antitesis dan rekonsiliasi ini ternyata benar dan tepat. Kebijakan sosiologi bukan melestarikan satu teori atau aliran tertentu. Koplektivitas fenomena gerakan sosial memerlukan berbagai sumber penjelasan dan hanya dapat dijelaskan dengan bermacam-macam teori atau dengan satu teori yang bersifat multidimensional. Upaya untuk membangun hubungan antara berbagai pendekatan, akan memungkinkan kita mendapatkan ide yang lebih lengkap tentang keteraturan sosial serta kemunculan, keberadaan, dan dampak gerakan sosial. (Needhart & Rucht, 1991: 443). Upaya itu juga menyediakan landasan penting untuk mengetes atau untuk menyediakan tempat riset strategis teori umum masyarakat (Merton, 1973: 371) yang mencoba mensitesiskan ”dua sosiologi”: sosiologi tentang tindakan individual dan sosiologi struktur. Pertama, gerakan sosial adalah wujud ciri dari dua sisi realitas sosial, dialektika dari individu dan kesatuan sosial. McAdams, McCarty, dan Zald mengamati bahwa tindakan nyata dalam gerakan sosial terjadi pada tingkat menengah antara makro dan mikro (McAdams, et,al., 1988; 729). Jadi gerakan sosial mencerminkan bentuk menengah anatomi realitas sosial. Gerakan sosial juga mencerminkan tahap menengah dari dinamika yang muncul dalam pabrik sosial. Jadi gerakan sosial memungkinkan kita memahami relaitas sosial sebagaimana adanya sejak dini. Selanjutnya gerakan sosial juga mempunyai kualitas menengah dalam arti lain. Keberadaannya secara internal terletak diantara kumpulan individu yang bertindak dan kesatuan sosial yang terkristal: ”gerakan sosial bukanlah tindakan kolektif penuh dan bukanlah pula kelompok kepentingan yang baru; jadi gerakan sosial mengandung unsur-unsur esensial keduanya (Freeman 1973; 793). Jadi meneliti gerakan sosial memungkinkan kita memahami fase menengah bangunan struktur internalnya, melihat bagaimana cara struktur internal gerakan itu muncul dan berubah. Killian menyimpulkan: ”Studi gerakan sosial bukanlah studi tentang kelompok stabil atau institusi mapan, tetapi studi kelompok dan institusi yang berada dalam proses pembentukannya (1964; 427). Jadi gerakan sosial muncul sebagai komponen penting dibidang sosiologi individual dalam proses transformasi dirinya berlangsung terus menerus. Studi gerakan sosial menyediakan bukti yang menguatkan bagi teori keselarasan. 7. Komentar terhadap teori dan keterkaitannya dengan contoh kasus. Dengan pemaparan yang telah dijelaskan tentang gerakan sosial sebagai kekuatan perubahan, terlebih pada awal-awal pembahasan yang menjabarkan tentang definisi-definisi baik dari para pakar sosiologi ataupun kesimpulan dari buku dapatlah dikatakan bahwa singkatnya gerakan sosial adalah tindakan kolektif yang diorganisir secara longgar, tanpa cara terlembaga untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat mereka, atau juga dapat dikatakan sebagai suatu gerakan yang dilakukan masyarakat yang sifatnya kelompok/kolektif sesuai dengan kesepakatan. Begitu banyak fenomena-fenomena yang terjadi khususnya yang terkait pada gerakan sosial yang menjadi bahasan pada lembaran essey ini. Gerakan sosial lebih melihat kejadian atau sesuatu hal dari dampak yang ditimbulkan. Pada dasarnya yang dilihat tentang terjadinya gerakan sosial adalah dampak yang ditimbulkan dari gerakan tersebut. Seperti contoh kasus tentang pergerakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Non Goverment Organization (NGO) atau organisasi non-kepemerintahan yang memperjuangakan hak hak rakyat yang belum didapati. LSM itu sendiri merupakan kelompok primer, yaitu mereka yang bekerja sama karena mempunyai kesamaan aspirasi dan kegiatan bersama, dimana hubungan keduanya akrab dan mampu berkomunikasi dengan masyarakat lapisan bawah. LSM itu sendiri di bantu tenaga sukarela, yang biasanya disebut dengan relawan atau istilah-istilah yang telah disepakati oleh keputusan bersama dalam LSM itu sendiri. LSM bergerak dibidang dimana pemerintah tidak dapat menjangkau permasalahan ataupun suatu hal yang tidak dapat di atasi oleh pemerintah dalam hal ini tentunya kebijakan pemerintah. Pekerjaan mereka berdasarkan atas pangilan kebutuhan masyarakat atau kamanusiaan karena berasal, berakar, dan tumbuh dari dan oleh masyarakat. Misi utama LSM adalah mengembangkan kemampuan masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya, dengan harapan setelah program atau kegiatan berakhir masyarakat kelompok sasarannya dapat menjadi mandiridan swadaya. Untuk mencapai tujuan berasama, mereka bekerja berdasarkan prinsip saling membantu berdasarkan kepentingan bersama yang biasanya adalah mengatasi persoalan kebutuhan dasar. Cara LSM menjadi fasilitator adalah dengan membantu rakyat menorganisasi diri, mengidentifikasi kebutuhan lokal, dan memobilisasi sumber daya yang ada pada mereka. Selain itu, LSM juga membantu mendapatkan sumber daya dari luar sebagai tambahan sumber daya lokal jika yang tersedia tidak memadai guna memenuhi suatu kebutuhan tertentu. Dari hal tersebut, telah jelas bahwa gerakan sosial yang dilakukan oleh LSM untuk masyarakat atau rakyat sangatlah konkrit. Karena langsung terasa pada aspek-aspek kehidupan masyarakat. Pergerakan dari LSM itu sendiri bersifat kooperatif terhadap pemerintah, bukan berarti kaki tangan dari pemerintah melainkan kepanjangan tangan dari pemerintah untuk melaksanakan program pembangunan nasional. Akan tetapi, LSM terkadang tidak sejalan dengan pemerintah dan tidak bersifat anarkis. Hal tersebut dikarenakan untuk merangsang gerakan pemerintah agar cepat tanggap dalam menyikapi sesuatu yang terjadi. Kesimpulan Dari pemaparan dari awal pembahasan, komentar tentang gerakan sosial kemudian di lanjutkan dengan contoh kasus tentang gerakan sosial yang dilakukan oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dapatlah disimpulkan bahwa kasus tentang pergerakan LSM adalah termasuk ke dalam tipe gerakan yang berbeda dalam target perubahan yang diinginkan. Saran Munculnya LSM sebagai agen perubahan sangat erat hubungannya dengan perubahan sosial. Gerakan sosial yang dalam fokus kajian merupakan contoh kasus nyata yang dihadapi dalam keseharian pemerintah Indonesia. Hal yang harus dilakukan yang paling mendasar oleh Pemerintah dalam hal ini seharusnya menjadikan cepat tanggap dalam menghadapi peristiwa-peristiwa ataupu kejadian-kejadian yang sedang berkembang serta peka terhadap apa yang terjadi pada rakyatnya. ( Why Hay You )