Minggu, 17 Maret 2013

DENGAN PERSIAPAN

Tips Menjawab Soal Tes TPA Bappenas: 1. Persiapkan Mental Hal pertama menurut saya adalah kita harus mempersiapkan mental terlebih dahulu. Jangan takut mengikuti ujian ini karena jika takut, mental kita akan jatuh dan merasa di bawah tekanan sedangkan dalam menjawab soal tes tpa bappenas kita harus rileks menjawabnya alias tanpa beban. 2. Persiapkan Perlengkapan Teknis Hal kedua adalah mempersiapkan perlengkapan teknis seperti pensil 2b, penghapus, peruncing dan persyaratan persyaratan seperti kartu tanda peserta ujian yang dibagi saat registrasi ulang. 3. Berlatih Tes TPA Online Berlatih tes tpa secara online bisa sobat lakukan di Aplikasi Tes TPA Online yang saya buat, cukup membantu untuk menjawab soal-soal yang muncul pada ujian TPA Bappenas. >> Link ke Applikasi Tes TPA Online 4. Berdoa Ini adalah salah satu tips yang harus sobat lakukan, kenapa? karena dengan berdoa pikiran akan menjadi tenang sehingga dapat dengan mudah menjawab serta mendapat ridho dari Allah SWT. 5. Sedekah Ini adalah cara yang ampuh juga untuk memudahkan langkah kita dalam menuju cita-cita. Percayalah. Trik Menjawab Soal Tes TPA Bappenas: 1. Jawab Soal yang Mudah terlebih dahulu Ini trik menjawab soal tes tpa bappenas yang pertama, silahkan sobat menjawab pertanyaan yang mudah terlebih dahulu. Trik ini akan sangat berguna, jadi ingat, “Jawab Soal yang Mudah terlebih dahulu”, jangan terpaku pada pertanyaan yang membuat sobat penasaran. Tinggalkan dulu pertanyaan itu jika kira-kira membutuhkan waktu yang lama untuk menjawabnya karena tiap pertanyaan alokasi waktu untuk menjawabnya maksimal 40 Detik sudah termasuk melingkari jawaban di lembar jawaban. So, pergunakan waktu sebaik mungkin. Pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan waktu lama biasanya muncul di bagian ke 2 (aritmatika, aljabar dll) dimana untuk menjawab pertanyaan tersebut membutuhkan waktu lama bila kita tidak tahu cara cepat menjawab pertanyaan tersebut. Setelah selesai menjawab pertanyaan yang sobat anggap mudah, sobat bisa ulang kembali membaca pertanyaan yang sulit jika masih ada waktu, jika tidak maka lanjut ke trik berikutnya. 2. Headshot (Tembak Soal) Hmhmmm…. ini adalah jalan terakhir jika kita memang sudah kehabisa waktu atau tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh OTO Bappenas, tembak jawaban dengan pilihan yang sama. Misalnya intuisi sobat mengatakan harus menjawab C, maka jawab semua pertanyaan dengan jawaban C. Tapi ingat, ada triknya juga, apa triknya? Jika sobat ingin menembak pada pertanyaan bagian sub tes 2 atau Matematika, lebih baik sobat menjawab antara pilihan A, B, C yang kemungkinan jawaban benar ada diantara 3 pilihan tersebut. Soalnya, jawaban D dan E biasanya tidak masuk karena jawabannya “Tidak ada hubungan antara x dan y” atau “x dan y = 0″. Jawaban seperti itu saya rasa jarang menjadi pilihan jawaban yang tepat, biasanya “x > y” atau “x < y” yang benar. 3. Pelajari Rumus Cepat dan Perhitungan Sederhana Sobat bisa mempelajari rumus cepat dalam menjawab soal-soal aritmatik atau aljabar yang merupakan ilmu pasti. Ingat aturan dasar dalam aritmatik dan hapalkan beberapa angka numerik seperti berikut. 1. 1/3 = 0,333 = 33,33% 2. 2/3 = 0,667 = 66,67% 3. 1/2 = 0,5 = 50% Dan seterusnya… 4. Jawab Soal dari Belakang Pengalaman mengerjakan tes tpa Bappenas ini, pertanyaan-pertanyaan mudah biasanya diletakkan di bagian belakang. Saya sendiri sewaktu mengerjakan soal tpa bappenas salah langkah karena saya mengerjakan sesuai dengan urutan soal. Ternyata ada teman yang mengatakan bahwa jika ingin menjawab pertanyaan, jawablah dari belakang. Setelah saya ingat dan teliti memang benar. Pada bagian sub tes yang kedua saya hanya mampu membaca 60%, sisanya nembak, padahal sekilas saya baca bahwa pertanyaannya tentang model persamaan yang lumayan mudah. Demikian tips dan trik menjawab soal tes TPA Bappenas, semoga bermanfaat. Salam.

TIPS TIPS MUDAH MENJAWAB TPA

SINOPSIS Dalam tes potensi akademik pascasarjana, untuk soal verbal kita hanya diberi waktu mengerjakan 30 detik/soal dan untuk tes numerik serta penalaran kita diberi waktu 60 detik/soal. Bagaimana mungkin? Untuk membaca soalnya saja kadang perlu waktu 30 detik, belum lagi jika harus melakukan hitung-hitungan yang rumit. TPA bukanlah soal matematika, yang menuntut penguasaan banyak rumus dan kemampuan berhitung tingkat tinggi, tetapi ini murni soal logika dan penalaran. So, kerjakan TANPA RUMUS dan gunakan penalaran ketika menyelesaikan soal TPA. Metode ini pernah saya terapkan ketika menjalani TPA pascasarjana. Hasilnya cukup memuaskan, nilai subtes saya tembus 667. afassfass1. Perhatikan gambar di samping! Besar sudut ECD = 86° dan sudut CBA = (x - 24)° maka besarnya y = ...° a. 192 c. 88 b. 142 d. 24 Cara Nalar dan Logika: Bila kita kerjakan dengan cara matematika biasa maka kita akan kekabisan waktu. Karena ini adalah soal psikologi maka kita harus mengutamakan penalaran dalam mengerjakannya. Caranya, perhatikan bahwa sudut y merupakan sudut tumpul. Artinya, besarnya lebih dari 90° dan tidak mungkin lebih dari 1800. Dari pilihan jawaban yang ada, satu-satunya pilihan yang lebih dari 90° hanya pilihan B. (WAKTU 10 DETIK) Jawaban: B 2. Berapakah 66,67% dari 1569,42? (A) 998,26 (B) 998,28 (C) 1046,26 (D) 1044,28 (E) 1068,26 Cara Nalar dan Logika: Diperoleh 66,67% dari 1569,42 = 2/3 x 1569,42 = (2 x 1569,42)/3 Cukup ambil angka depan dan belakang: Dari angka depan: 2 x 15 dibagi 3 hasilnya 10 Dari angka belakang: 2 x 42 dibagi 3 hasilnya 28 Trus, cari jawaban yang depannya angka 10 dan belakangnya angka 28. Jawabannya adalah D. (WAKTU 20 DETIK) Jawaban: D 3. Jika x = 2y, y = 3z, dan xyz = 144 maka .... A. x < y C. y < z B. y < z D. y < x Cara Nalar dan Logika: Diketahui: x = 2y y = 3z → 2y = 6z Diperoleh x = 2y = 6z Diketahui xyz = 144, jadi ketiganya positif. Karena x = 2y = 6z maka pastilah x > y > z Atau berlaku juga y < x. Hati-hati. Jika Anda berpikir harus mencari bilangan x, y dan z dimana jika dikalikan hasilnya 144 maka Anda akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk dapat mengerjakannya. Dengan teknik logika maka soal tersebut dapat diselesaikan dengan sangat mudah. Sekali lagi kecerdikan dan kemampuan logika sangat menentukan dalam kecepatan mengerjakan soal. (WAKTU 10 DETIK) Jawaban: D

Sabtu, 02 Maret 2013

Max Weber

TEORI AKSI OLEH PARSON DAN TEORI TINDAKAN OLEH MAX WEBER 1. Landasan Teori Dalam penelitian ini, teori yang di gunakan adalah Teori paradigma definisi sosial, eksemplar paradigma definisi sosial ini salah satu aspeknya yang sangat khusus adalah dari karya Max Weber yakni, mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial. Inti tesisnya adalah ”tindakan yang penuh arti” dari individu. Tindakan sosial yang dimaksud Weber dapat berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan ”membatin” atau bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu, atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa, atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu. Contoh dari tindakan sosial ini adalah upaya dari LSM Mitra Alam dalam menanggulangi masalah HIV/AIDS di Surakarta dalam melakukan peranan nya terhadap penanggulangan masalah HIV/AIDS di kota Surakarta berdasarkan tindakan yang penuh arti. LSM Mitra Alam melakukan tindakan yang nyata yang diarahkan kepada IDU (Injection Drug User) dan Orang Dengan HIV/AIDS dalam rangka menanggulangi masalah HIV/AIDS. Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial itu Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi yaitu : a. Tindakan manusia, yang menurut aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi tindakan nyata. b. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif. c. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam. d. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu. e. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu (Ritzer, 2002 : 38-39). Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Max Weber membedakan dalam empat tipe. Dimana semakin rasional tindakan sosial itu semakin mudah dipahami. Tipe tindakan tersebut adalah: a. Zwerk rational Yaitu tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuanya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Tujuan dalam Zwerk Rational tidak absolute. Ia dapat juga menjadi cara dari tujuan lain berikutnya. Bila aktor berkelakuan dengan cara yang paling rasional maka mudah memahami tindakan itu. b. Wrektrational action Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih cepat untuk mencapai tujuan yang lain. Ini menunjuk kepada tujuan itu sendiri. Dalam tindakan ini memang antara tujuan dan cara-cara mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan ini rasional, karena pilihan terhadap cara-cara kiranya sudah menentukan tujuan yang diinginkan. Tindakan kedua ini masih rasional meski tidak serasional yang pertama. Karena itu dapat dipertanggungjawabkan untuk dipahami. c. Affectual action Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami. Kurang atau tidak rasional. d. Traditional action Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja (Ritzer, 2002:40-41). Berdasarkan pada tindakan rasionalitas tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tindakan yang dilakukan oleh LSM Mitra Alam dalam penelitian ini yaitu pimpinan, pendamping, manager kasus dan petugas lapangan merupakan tindakan zwerk rational dimana dalam memberikan peranan dalam menanggulangi masalah HIV/AIDS pada pengguna narkoba suntik (IDU/penasun) dan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) merupakan tindakan sosial murni, yang dimana tindakan tersebut berupaya memberikan pelayanan sesuai dengan tujuan LSM Mitra Alam sehingga masalah HIV/AIDS di kota surakarta dapat ditanggulangi. Paradigma definisi sosial memiliki 3 teori menjelaskan, yaitu Teori Aksi, Teori Simbolik dan Fenomenologi. Ketiga teori tersebut mengambil dari karya Max Weber. Secara definitif Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan memahami tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai kepada penjelasan kausal. Dalam definisi ini terkandung dua konsep dasar, pertama konsep tindakan sosial, kedua konsep tentang penafsiran dan pemahaman. Penelitian ini menggunakan teori aksi dalam paradigma definisi sosial yang pada mulanya dikembangkan oleh Max Weber. Teori ini memandang bahwa manusia adalah akor yang kreatif dari realitas sosialnya. Sesuatu yang terjadi didalam pemikiran manusia antara setiap stimulus dan respon yang dipancarkan adalah merupakan hasil tindakan kreatif manusia (Ritzer, 2002:44). Dalam teori aksi yang diterangkan oleh konsepsi Parson tentang kesukarelaan (Voluntarisme). Beberapa asumsi fundamental teori aksi dikemukakan oleh Hinkle adalah sebagai berikut, 1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. 2. Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan. 3. Dalam bertindak manusia menggunankan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. 4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak dapat diubah dengan sendirinya. 5. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang dan yang telah dilakukannya. 6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat pengambilan keputusan (Ritzer, 2002: 46). Talcot Parson sebagai tokoh teori aksi menginginkan pemisahan antara teori aksi dan aliran behaviorisme, karena menurutnya mempunyai konotasi yang berbeda. Menurut Parson suatu teori yang menghilangkan sifat-sifat kemanusiaan dan mengabaikan aspek subjektif tindakan manusia tidak termasuk kedalam teori aksi, sehubungan dengan itu Parson menyusun skema unit unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut: a. Adanya individu sebagai aktor. b. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan tersebut. c. Aktor memiliki alternatif cara,alat serta tehnik untuk mempunyai tujuan. d. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakan dalam mencapai tujuan. e. Aktor dibawah kendali dari nilai nilai,norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan (Ritzer, 2002:48-49). Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma norma mengarahkan dalam memilih alternatif cara dan alat dalam mencapai tujuan. Norma-norma tersebut tidak dapat menentukan pilihannya terhadap cara atau alat, tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan ini oleh Parson disebut voluntarism, yaitu kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuan. Aktor menurut konsep voluntarism adalah perilaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih alternatif tindakan. Seperti teori yang dikemukakan tersebut, peranan LSM Mitra Alam adalah dalam upaya penanggulangan masalah HIV/AIDS di kota Surakarta. Hal tersebut merupakan suatu tindakan sosial, yang mana tindakan tersebut berupa peran serta LSM dalam memberikan pelayanan, perawatan, dampingan, konseling sesuai dengan aturan dan tujuan LSM Mitra Alam tersebut sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan para pengguna narkoba suntik dan bagi Orang Dengan HIV/AIDS.