Minggu, 12 Agustus 2012

Data ku ( Akulturasi )


INTERAKSI
Hasil Interview Informan Pertama  Oleh Ust Fakhruddin Ahmad, ST dan Ust Mujawwir LC
         Proses Interaksi terjadi pada saat mereka makan,istirahat  dan olahraga. Dan meskipun terdapat budaya yang berbeda akan tetapi mereka saling memahami dan saling menegerti antara satu sama lain.
Adapun suku santri  adalah
1.       Bugis sinjai
2.       Bugis Maros/Camba
3.       Bugis Bone
4.       Mkassar/Gowa/Takalar/Jenneponto
5.       Luwuk
6.       Bugis Enrekang
7.       Suku Toraja dan
8.       Papua/Aceh danTimur Leste

BUDAYA/TRADISI PESANTREN
         Adapun dalam budaya/Tradisi Pesantern adalah
1.       Kiamul Lail / Wajibullail di peruntukkan untuk santri setiap hari jam 02:30 malam
2.       Pengajian Akbar biasanya dilakukan bersama warga masyarakat di sekitar pesantren guna untuk mempererat silatuhrahmi, saling menghormati tiap hari bada subuh.
3.       Menghapal Al-Qur’an hukumnya wajib pada setiap santri.
4.       Latihan Dakwah/Praktek Dakwah yang dilakukan setiap malam .
5.       Pengajian pesantren terlibat UST ,Sntri dan warga 4 dlm seminggu

SYSTEM (ATURAN PESANTREN)
  Untuk Mempertahankan Tradisi Pesantren dan menjauhkan santri Dari dampak negative modernisasi / Asimilasi maka terdapat aturan sebagai berikut :
1.    Santri dilarang keras memakai Alat Electronik
2.    Santri dilarang keras memakai Jeans
3.    Santri dilarang keras merokok
4.    Santri dilarang pacaran
5.    Dilarang keluar kampus



Sistem Nilai & Sikap
Hasil Wawancara Informan Kedua Oleh Ust Abdul Rahim, SE

1.       Faktor yang apa yang melatarbelakangi pendirian pondok pesantren Darul Istiqamah diberbagai daerah, pada khususnya di kab. Maros ?
Jawab : Menurut Ust Fakhruddin Ahmad, ST Selaku wakil Sekjen Pesantren bahwasanya yang melatar belakangi berdirinya Ponpes Darul Istiqamah di berbagai daerah, khususnya di Kab. Maros adalah
1)   Adanya Hidayah dari Allah
2)   Adanya bantuan hibah Tanah dari warga setempat

2.       Apakah Ponpes Darul Istiqamah menganut mazhab tertentu dalam menjalankan pendidikan dan ajaran Islam ?
Jawab :  Masalah mengenai mazhab dalam Ponpes Darul Istiqamah itu tidak ada. Dan pada hakikatnya mereka hanya berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Sunnah mematuhi dan menjalani sebagaimana mestinya.
3.       Bagaimana pendapat anda tentang deferensiasi  pemahaman dalam ajaran Islam ?
Jawab  :  Adanya perbedaan paham tentang ajaran islam itu adalah hal yang wajar asalkan tidak saling menjatuhkan,menyalahkan dan saling mengadu domba antara sesama muslim dan berpedoman terhadap Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
4.       Bagaimana menurut anda tentang rekonsilasi antara agama dan budaya local ?
Jawab  :  Nah itulah ciri khas sebetulnya pesantren dalam hal perbaikan, pemulihan
Dan bahkan menjaga tali persodaraan antara budaya yang berbeda,  selama itu tidak melenceng dari islam kenapa tidak di adakan yang namanya rekonsilasi.
5.       Bagaimana sikap anda tentang sentiment primordial (etnik,rasial dan agama) yang kadang menyudutkan umat Islam ?
Jawab : Menurut Ust Taufiqurrahman bahwa dia cukup perihatin melihat mereka yang sentiment terhadap umat Islam, dan pada hakikatnya meskipun mereka dari etnik, rasial dan agama yang berbeda dan sentiment terhadap Islam  akan tetapi selama mereka tidak mengganggu Islam maka kami pun gak mengganggu mereka. 
Dimensi Hubungan Interaksi/Simbolik
            Hasil Wawancara Informan Ketiga Oleh Ust Ahmad Abu Dzar & Ust Rico Taumunga ( Pembina)
1.       Apakah bahasa Arab & Inggrish merupakan bahasa yang diwajibkan dalam komunikasi antara santri ?
Jawab :  Pondok Pesantren Darul Istiqamah mempunyai 2 bahasa wajib yaitu bahasa Arab dan Inggris, akan tetapi bahasa yang di utamakan adalah bahasa Arab di karenakan 60% semua pelajaran berbahasa Arab, sehingga bahasa ini sangat menonjol Ponpes ini dan sangat ditekankan kepada santri untuk di kuasai. Ponpes ini mempunyai bagian bahasa atau di sebut dengan istilah Qismullughoh yang berfungsi sebagai pengawas bahasa sehari hari dalam lingkungan Ponpes, Penerapan 2 bahasa wajib tersebut dalam seminggu yaitu Bahasa Arab 5 hari dan Inggris 2 Hari.
2.      Faktor apa yang melatarbelakangi sehingga bahasa tersebut menjadi kewajiban para santri dalam berkomunikasi ?
Jawab : Adapun yang menjadi factor di wajibkannya bahasa sebagai komunikasi sehari   hari yaitu adalah sebagai berikut :
1)   Untuk Penguasaan Bahasa santri/ kompetensi berbahasa Asing
2)   Merupakan ciri khas Pondok Pesantren
3)   Karena Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an
4)   LIPIA ( Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia Arab )  adalah lembaga yang terdapat di Jakarta sebagai pusat pengembangan bahasa Arab, jadi santri Ponpes Al-Istiqomah yang berpotensi/ pintar dalam berbahasa arab maka di kirim ke LIPIA untuk belajar/berkompetisi bahasa Arab dengan pesantren lain.
3.      Apakah terdapat cirri khas tertentu dalam dalam berbusana yang menjadi symbol/identitas bagi santri Darul Istiqamah ?
Jawab : Mengenai masalah busana santri, yaitu masih mengikuti aturan Ponpes itu sendiri, misalnya mereka berbusana sesuai dengan jam/waktu yang telah di tetapkan sebagai contoh adalah pada saat berolah raga mereka mengenakan busana baju kaos dan celana pendek yang agak longgar, begitu pula pada saat Shalat dan pada saat masuk kelas.
4.      Apakah suatu adat istiadat atau tradisi tertentu ketika komunikasi berlangsung antara kiai dan santri, Pembina & Santri ,Warga setempat dan Santri , Santri & Santri ?
Jawab :   Jika komunikasi berlangsung antara penduduk local Ponpes Darul Istqamah, mereka mengkondisikannya apabila terjadi komunikasi, sebagai contoh misalnya : Apabila terjadi proses komunikasi antara Kiyai dan santri, mereka mengondisikan proses komunikasinya sesuai dengan kelasnya, apabila santri Tsanawiyah biasanya kiyai menggunakan bahasa Indonesia dan apabila kelas Aliah maka biasanya Kiyai menggunakan bahasa Arab/Inggris. Dan jika  proses komunikasi terjadi pada Pembina ke santri harus menggunakan bahasa wajib dan tidak memandang jenjang kelasnya karena posisi Pembina adalah mereka yang menerapkan aturan wajib berbahasa. Sedangkan antara santri ke warga setempat biasanya menggunakan bahasa Indonesia karena terdapat suku yg berbeda,budaya yang berbeda dan tingkat Ilmu pengatahuan agama yang berbeda. Sedangkan proses komunikasi antara santri diwajibkan mereka berbahasa Arab dan Inggrish dengan  dialek mereka masing masing.

5.      Bagaimana santri Menyikapi perbedaaan latar social-Budaya di antara mereka ?
Jawab : Cara Mereka menyikapi adanya perbedaan budaya antara santri dengan saling menghargai, saling memahami dan saling menghormati antara mereka para santri dan dengan ini Pembina santri berperan penting dalam memberikan pembekalan, pengarahan dan pembinaan tentang cara berahlak, memberikan motivasi moril, perbaikan akhlakulkarim sehingga mereka saling mempelajari perbedaan dari bahasa mereka masing masing dan biasanya Para Pembina memberikan pembekalan setelah shalat Fardhu.
6.      Bagaimana tindakan /ekspresi komunikasi di antara santri yang dilatarbelakangi perbedaan budaya ?
Jawab : Adapun tindakan/ekspresi mereka pada saat berkomunikasi dengan  budaya yang berbeda terkadang mereka bingung dengan bahasa mereka masing masing sehingga mereka mengalihkan pembicaraan ke bahasa Indonesia akan tetapi masih tetap dialek mereka masing masing. Terkadang secara tidak di sengaja mereka saling mengejek ejek antara bahasa daerah mereka masing masing dan terkadang mereka saling belajar tentang perbedaaan bahasaa mereka masing masing dan selama ini adanya perbedaaan bahsa tersebut jarang terjadi konflik antara santri karena mereka sudah dididik tentang arti saling menghargai dan saling memahami.
7.      Hal apa saja yang dilaksanakan oleh warga Ponpes untuk membangun hubungan komunikasi social dengan warga setempat ?
Jawab :Biasanya Proses komunikasi terjadi antara warga apabila terdapat acara/kegiatan warga yang melibatkan santri sebagai contoh misalnya acara kematian sehingga melibatkan santri untuk shalat Jenazah dan kerja bakti juga melibatkan santri dengan bergotong royong sehingga terjadi proses komunikasi antara mereka.
8.      Bagaimana metode dakwah yang di kembangkan di Ponpes Darul Istiqomah ?
Jawab: sebetulnya untuk metode tidak ada, akan tetapi secara rutin dalam pengembangan Dakwah Ponpes terhadap santri mereka menerapkan mengadakan pelatihan Dakwah secara rutin dalam 4 bahasa :
a.      Bahasa  Daerah ( Bugis) pada malam Jum’at
b.      Bahasa Arab pada hari selasa  
c.       Bahasa Inggrish pada hari minggu
d.      Bahasa Indonesia pada hari Senin, rabu, Kamis dan sabtu



Dimensi Instutisional
Hasil Wawancara Oleh Ust Taufiqurrahman,S.Hi Umpard( Staf Guru )
1.      Apakah yang di maksud dengan konsep pendidikan Integratif antara salafiah dan khalafiah ?
Jawab: Mengenai masalah konsep pendidikan, penyatuan antara salafiah dan khalafiah itu tidak ada, akan tetapi dalam lingkup Ponpes Darul Istiqamah ini hanya menganut paham Islami, yang agak sedikit mendekati Muhammadiah akan tetapi tidak termasuk dalam lingkup Muhammadiah salah satu contohnya adalah pada saat sholat hari raya ID biasanya secara umum memakai & kali takbir akan tetapi di Popes hanya sekali.
2.      Kebijakan apa yang menjadi prioritas pengelola Ponpes Darul Istiqamah dalam hal pendidikan dan pembinaan santri ?
Jawab: Dalam pendidikan dan pengembangan santri yng menjadi Skala Prioritas adalah pengembangan dan pembinaan tentang Dakwah, Bahasa Arab dan Menghapal Al-Qur’an yakni dengan catatan :
1)   Praktek pendidikan & Latihan
2)   Pengamalan Pendidikan & Pengabdian kepada masyarakat
3.      Sejauh mana Efektifitas sistem pendidikan Darul Istiqamah dalam menciptakan Output/SDM berkualitas ?
Jawab :  mereka benar benar di gembleng selama 6 tahun dalam hal diberikan pengenalan tentang ekstensi pesantren dan pengembangan karakter / kompetensi dalam hal berdikari/mandiri, bekal mental atau motivasi  secara mendalam kepada santri dan di berikan pembinaan tentang kewajiban dalam berbahasa wajib, membaca atau sampai menghapal Al-Qur’an sehingga natinya terbentuk jiwa jiwa santri yg bisa bermasyarakat dan berguna di mata masyarakat.
4.      Bagaimana pendapat anda tentang modernisasi atau pembaharuan pendidikan Islam ?
Jawab: Modernisasi adalah dinamika msyarakat islam. Dan semua perubahan/modernisasi itu akan di respon salama masih dalam tuntunan dan nilai islam. Dan pada saat ini ponpes udah mulai membuka / menerima adanya modernisasi akan tetapi hanya bentuk modernisasi berdampak positif saja pada pesntren dan t berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah.
5.      Metode/Strategi apa yang diterapkan untuk mengembangkan konsep pendidikan kepesantrenan di era globalisasi ?
Jawab: Dalam pengembangan konsep pendidikan pesantern tidak ada metode / strategi yang di terapkan akan tetapi pada awalnya santri di berikan pendidikan karakter, pengembangan karakter dan motivasi sehingga dapat mengembangkan kependidikan santri.
Dimensi Material & Estetika
Hasil Wawancar Oleh Ust Fakhruddin Ahmad, ST ( Sekjen Pesantren)
1.      Bagaimana pendapat anda tentang apresiasi kesenian di pondok pesntren sebagai medium transformasi nilai kebenaran dan ekspresi diri dalam mengembangkan senidakwah Islam ?
Jawab: Dalam pengembangan seni dakwah islam santri biasanya membuat suatu kegiatan yang di sebut dengan Malam Dakwah Sariyah yng di laksanakan setiap sebulan sekali yang mana di dalamnya terdapat berbagai macam kesenian sebagai seni transformasi Nilai kebenaran santri seperti misalnya drama Komedi dan Tragedi Islami dan Musik Islami yang berduansa dakwah islami sehingga para santri bisa beekspresi atau tertawa.
2.      Apakah para santri memiliki minat dan bakat di bidang kesenian tertentu ?
Jawab : Para santri masing masing memiliki minat dan bakat tertentu dan biasanya mayoritas santri menyukai seni Nasyid dan Musik, karena mereka menganggap bahwa nasyid dan music Islami adalah bagian dari Dakwah.
3.      Meliputi apa saja bentuk ekspresi Ponpes Darul Istiqamah terhadap kesenian dan budaya local setempat ?
Jawab :   Bentuk apresiasi ponpes kesenian antara budaya local seperti Tari tarian dan Taripakan Bulo para penduduk local Ponpes hanya bisa menghargai, seling memahami seni budaya warga setempat tersebut, begitu juga sebaliknya antara warga masyarakat dan warga pesantren, di kerenakan tidak bermanfaat dan tidak mengandung nila nilai Islami dari budaya warga setempat.
4.      Apakah Arsitektur bangunan dan berbagai fasilitas Ponpes terdapat corak kebudayaan tertentu ?
Jawab :  Tidak,  Arsitek bangunan Ponpes mayoritas hanya terbuat dari kayu minoritas rumah batu artinya mengkondisikan bentuk bangunan Ponpes . Dan agak sedikit mengikuti masyarakat setempat. Sedangkan fasilitas Ponpes juga tidak dan sedangkan  pekuburan Pesantren yakni mengikuti syariat Islam seperti misalnya kuburan yang tidak di tembok.

Rabu, 20 Juni 2012

REFERENSI ( SKRIPSI S1)

DAFTAR PUSTAKA

Assegaff,D.H.,1996.Jurnalistik Masa Kini: Pengantar ke Praktek Kewartawanan Indonesia.Ghalia Indonesia,Jakarta.

Bulaeng,Andy.,2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer.Andi,Yogyakarta.
         Effendi, O.U.,1993.Dinamika Komunikasi.Remaja Rosdakarya,Bandung.

McQuail,Denis.,1989.Teori Komunikasi Massa.Erlangga,Jakarta.

Rakhmat,Jalaluddin.,1991.Metode Penelitian Komunikasi.Remaja   Rosdakarya, Bandung.
                    
Subiakto,Henry.,2000.Obyektifitas Pemberitaan Pers Nasional.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. Surabaya,diakses melalui http://adln.lib.unair.ac.id/.

Sumadiria,Haris.,2005.Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalistik Profesional,Simbiosa Rekatama Media, Bandung.

Suwardi,H.,1993.Peranan Pers dalam Politik di Indonesia.Pustaka Sinar Harapan,Jakarta.

Devito,Joseph.,1996.Komunikasi Antar Manusia, Edisi 5 (alih bahasa Maulana - A).Harper Collin Publisher,New York.

Santana,Septiawan,K.,2005.Jurnalisme Kontemporer,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Effendi, O.U.,1993.Dinamika Komunikasi.Remaja Rosdakarya,Bandung.

Oetama,Jakob.,1989.Perspektif Pers Indonesia, Lembaga Penelitian,Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES),Jakarta.

Kelle,Udo.,2001.Sociological Explanation Between Micro and Macro andthe Integration of Qualitative and Quantitative Methods.On-lineJournal:Forum Qualitative Social Research.Vol 2 No.1.Febuari 2001 at http://qualitative-research.net/fgs.

Holsti,R., 1969. Content Analysis for Social Science and Humanities.Addison Westly Publishing Company,Massachussets.

Fluornoy,D.M.,1989.Analisa Isi Surat Kabar-Surat Kabar Indonesia.Gadjamada University Press,Yogyakarta.

Kerlinger, F.N.,1973.Foundation of Behavioral Research.Halt Rinehart & Winston Inc.,New York.

Riduwan.,2004.Metode dan Teknik Menyusun Tesis,Alfabeta,Bandung.

Sumadiria,Haris.,2005.Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalistik Profesional,Simbiosa Rekatama Media,Bandung.

Dokumen-dokumen :

UU No.40 Tahun 1999 Tentang Pers.
Undang-Undang Nomor 2 tentang Pers
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ( SKRIPSI S1) BLOMM TUNTASS.

BAB IV
                             HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN                          
1.  Analisis Isi Pemberitaan Politik
   Dalam sub bab ini akan diuraikan secara rinci bagaimana isi pemberitaan politik di kab.soppeng yang disajikan oleh Harian Fajar,Kompas,Tribun Timur,Seputar Indonesia.
         Unit observasi yang menjadi bahan pengamatan dalam penelitian ini meliputi teks  dan gambar pada Headline, berita utama, berita, jangkar, pojok, artikel, karikatur, tajuk, foto, dan kolom. Kategorisasi yang dijadikan acuan analisis dalam penelitian ini berupa bulan terbit, ukuran kolom, halaman penempatan, ruang rubrikasi, teknik penulisan, status dan jumlah nara sumber, bidang masalah sesuai tema berita.
        Periodisasi pemberitaan Politik dipilih selama 1 minggu 6 hari dari tanggal 4 s/d tanggal 9/ 2012. Karena periodisasi pemberitaan politik berjangka pendek maka peneliti mengambil  sampel sebanyak ( 73 ) edisi dan jumlah pemberitaan sebanyak (73) buah. Selama periode tersebut Harian Fajar menurunkan berita Politik sebanyak (36) tulisan (49.4%)Tribun Timur menurunkan berita lingkungan sebanyak (21) tulisan (28.8%) dan Seputar Indonesia menurunkan berita lingkungan sebanyak (16) tulisan (21.92%). Berikut gambar yang menunjukkan jumlah berita yangmenjadi sampel dari tiga surat kabar.
Tabel
Jumlah Sampel Pemberitaan Politik
Nama Surat Kabar
Jumlah berita
% Dalam sampling
Harian fajar
36
49.4%
Tribun Timur
21
28.8%
Seputar Indonesia
16
21.92%

73
100%





Diagram
 Sampel Pemberitaan Politik

 Media Jumlah Sampel
Harian Fajar 49.40%
Tribun Timur 28.80%
Seputar Indonesia 21.92%

                             Sumber : Data hasil Olahan

           Pola pemberitaan lingkungan di kab.Soppeng oleh surat kabar Harian Fajar, ,Tribun Timur,Seputar Indonesia diuraikan sebagai berikut.

2.  Kategori Hari Terbit ( Jumlah Berita )
Pemberitaan Lingkungan oleh tiga surat kabar masing-masing Harian Fajar, Tribun Timur,Seputar Indonesia berdasarkan hari. terbit dapat dilihat pada gambar berikut.
Sebaran Persentasi jumlah Pemberitaan Politik
Berdasarkan Hari terbit selama 1 Minggu Tgl 4 s/d 10 – Juni – 2012
          fajar        Tribun    Seputar Indonesia
Senin 12.40% 1.37% 1.37%
Selasa 2.84% 4.11% 5.48%
Rabu 10.96% 8.22% 2.74%
Kamis 10.96% 2.74% 4.11%
Jum'at 5.48% 4.11% 5.48%
Sabtu 4.48% 6.85% 4.11%
Minggu




                     Sumber : Data hasil Olahan
        Dari gambar terlihat bahwa Harian Fajar memberikan porsi terbesar dalam pemberitaan Politik  selama kurun waktu selama 6 hari dengan jumlah 36 tulisan yang tersebar empat hari hampir merata. Lonjakan pemberitaan terlihat pada hari Senin yaitu sebanyak 9 berita atau (12.40%) dan hari Rabu sebanyak 8 berita atau (10.96%). Sementara itu Tribun Timur menurunkan berita Politik sebanyak 21 tulisan (29%) dan pemberitaan yang terbanyak di Hari Sabtu sebanyak 5 tulisan atau (6.85%). Sedangkan Seputar Indonjesia secara  keseluruhan sebanyak 16 tulisan (22%) dan pada pada Hari Selasa dan Jumat dengan frekuensi yang sama masing masing 4 tulisan sebesar (5.48%). Untuk lebih jelasnya sebaran pemberitaan berdasarkan Hari terbit dapat dilihat pada tabel frekuensi di atas. Secara umum ketiga harian ini dapat dikatakan hampir setiap Hari menurunkan tulisan tentang Politik, meskipun tidak ada desk atau kolom khusus untuk pemberitaan politik yang disediakan. Hal tersebut merupakan indikasi adanya perhatian surat kabar terhadap kondisi Menjelang Pemilukada (Politik) yang ada di Propinsi Sul-Sel.

3.  Kategori Tema Berita
          Tema suatu pemberitaan dimaknai sebagai substansi isi berita. Kategori tema berita dalam kajian ini diklasifikasikan dalam Sembilan tema, masing-masing Hukum Politik, Kebijakan Politik, Pendidikan Politik, Dampak Politik, Konflik politik, dan Propaganda Politik.
           Dari masing-masing klasifikasi tadi diuraikan lagi ke dalam jenis-jenis berita sebagaimana dijelaskan pada bagian kategorisasi di bab terdahulu. Tema berita akan sangat terkait dengan nilai suatu berita (news values). (Santana, 2005), menyebutkan beberapa elemen nilai berita yang mendasari pelaporan suatu peristiwa, antara lain; kesegaran peristiwa (immediacy), kedekatan (proximity), konsekuensi (consequence), konflik (conflict), tidak biasa (oddity), seks (sex), emosi (emotion), terkenal (prominence), ketegangan (suspence), dan perkembangan (progress). Intensitas pemberitaan tentang suatu peristiwa dengan tema tertentu sangat dipengaruhi oleh aktualitas dan nilai pentingnya suatu peristiwa. Perhatian media akan dengan mudah beralih ketika terjadi suatu peristiwa baru yang menjadi pusat perhatian publik. Hal ini wajar terjadi di dalam industri pers, karena pemberitaan tentang suatu peristiwa yang sedang hangat terjadi, ditinjau dari sisi aktualitas akan memiliki nilai jual lebih dibandingkan dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya. Bagaimana Bangka Pos, Bangka-Belitung Pos, dan Rakyat Pos menuliskan berita lingkungan berdasarkan tema mengindikasikan bahwa isu atau persoalan Politik dimaksud merupakan hal menarik bahkan mungkin penting untuk dijadikan bahan masukan bagi pihak berkepentingan . Untuk lebih jelasnya, melalui gambar berikut akan terlihat tema apa yang frekuensi kemunculannya tinggi.

Sebaran Persentasi jumlah Pemberitaan Politik
Berdasarkan Kategori Tema

  Harian Fajar  Tribun Timur Seputar Indonesia
Hukum 5.56% 9.53% 0.13%
Kebijakan 11.12% 14.29% 12.70%
Pendidikan 13.89% 19.05% 12.70%
Dampak 13.89% 19.05% 12.70%
Konflik 13.89% 14.29% 12.70%
Propaganda 13.89% 23.81% 37.50%

                Sumber : Data hasil Olahan

       Dari gambar terlihat berita Politik yang bertemakan Pendidikan, Dampak, Konflik, dan Propaganda  lebih mendominasi berita-berita yang ditulis Harian Fajar (13.89%), di urutan kedua didominasi tema Kebijakan Politik ( 11.12%). Sisanya tentang Hukum Politik (5.56%).
        Tribun Timur memuat berita lingkungan bertemakan Hukum Politik (9.53%) dan urutan kedua berita bertemakan kebijakan dan Konflik (14.29%) untuk urutan ketiga adalah berita bertemakan Dampak dan Pendidikan Politik (19.05%). Kemudian (23.18%) Propaganda Politik sebesar
       Seputar Indonesia cenderung menulis berita Kebijakan,Pendidikan,Dampak, Konflik sebesar (12.70%) dan diurutan kedua berita Propaganda sebesar (37.50%). dan paling terkecil berita Hukum sebesar (0.13%).

4.  Kategori Ukuran Kolom
         Penetapan besarnya kolom pada suatu pemberitaan menunjukkan bagaimana kebijakan redaksional suatu surat kabar memandang tingkat pentingnya nilai suatu berita. Ukuran kolom juga sangat terkait dengan aspek kedetailan dalam hal penulisan berita. Artinya semakin besar alokasi kolom yang disediakan oleh surat kabar menandakan semakin detail pula informasi yang disajikan. Untuk Lebih jelasnya alokasi ukurankolom yang diberikan oleh ketiga surat kabar dapat dilihat pada gambar berikut :
Sebaran Persentase Jumlah Pemberitaan Politik
Berdasarkan ukuran Kolom
  Harian fajar Tribun Timur Seputar Indonesia
≤ 25


25,-50


50,1-75


75,1-100


≥ 100,1







            Sumber : data Olahan
     
5.  Kategori Nara Sumber
            Kategori nara sumber adalah orang yang dimintai keterangannya oleh wartawan untuk menulis suatu berita atau orang yang dijadikan rujukan dalam pemberitaan Politik  yang termuat dalam surat kabar Harian Fajar,Kompas,Tribun Timur,Seputar Indonesia.
            Nara sumber menjadi buruan media dalam mengangkat sebuah peristiwa. Hal ini terkait dengan dunia jurnalisme itu sendiri sebagai dunia pelaporan yang sangat dituntut tanggung jawabnya berkenaan dengan tingkat akurasi fakta yang disajikan (Santana, 2005). Dengan perkataan lain wartawan harus melandasi tulisannya tidak hanya berdasarkan fakta tapi harus pula memverifikasi fakta tersebut dari nara sumber yang secara langsung terkait dengan suatu peristiwa atau pun yang kompeten terhadap suatu persoalan.
             Dalam suatu tulisan dapat terdiri lebih dari satu pernyataan atau kutipan nara sumber. Kategori nara sumber ini didasarkan pada atribut yang disandang nara sumber misalnya jabatan dan latar belakang. Dalam penelitian ini nara sumber dikategorikan menjadi birokrat, intelektual, politisi, tokoh Ormas/LSM, TNI/Polri, Masyarakat, Swasta, dan Wartawan.
              Status nara sumber dapat mengindikasikan kecenderungan surat kabar terhadap suatu pemberitaan. Untuk mengetahui kecenderungan. Harian Fajar,Kompas,Tribun Timur,Seputar Indonesia, dalam kaitannya dengan berita Politik , dapat diketahui melalui status nara sumber yang dominan muncul pada setiap pemberitaan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Sebaran Persentasi jumlah Pemberitaan Politik
Berdasarkan Nara Sumber

  1 Nara Sumber 2 Nara sumber  3 Nara sumber
Harian Fajar 8.34% 2.78% 5.56%
Tribun Timur 4.77% 0 9.53%
Seputar Indonesia 6.25% 6.25% 12.50%

                 Sumber : Data hasil Olahan..
           Gambar di atas menunjukkan sebagian besar berita mengenai Politik pada ketiga surat kabar hanya menggunakan satu nara sumber. Harian Fajar tercatat menggunakan satu nara sumber dalam tulisannya dengan jumlah sebesar (8.34%), Tribun Timur tercatat (4.77%), sedangkan Seputar Indonesia (6.255%). Sementara itu berita yang menggunakan dua nara sumber yang berbeda dalam tulisannya, untuk Harian Fajar sebesar (2.78%%), Tribun Timur tidak menggunakan nara sumber kedua dalam tulisannya, dan Seputar Indonesia sebesar (6.25%). Adapun yang menggunakan tiga nara sumber dalam pemberitaannya Harian Fajar sebesar (5.56%) Tribun Timur (9.53, dan Seputar Indonesia (12.50%). Untuk lebih jelasnya sebaran pemberitaan berdasarkan jumlah nara sumber berita dapat dilihat pada tabel frekuensi di atas..
         Di sini terlihat bahwa persentase jumlah nara sumber yang dijadikan rujukan pada tulisan Politik oleh wartawan berasal dari satu nara sumber. Minimnya banyaknya  jumlah nara sumber tersebut, mengindikasikan bahwa ketiga surat kabar melakukan penelusuran mendalam tentang persoalan politik yang ditulisnya. Pemberitaan hanya menyertakan satu opini nara sumber sebagai kutipan dan ditambah sedikit opini dari wartawan.
          Dalam pandangan Kovach & Rosenstiel dalam (Santana,2005) keadaan ini mengindikasikan telah terjadi Bad Journalism, dimana media dianggap kurang cakap melaporkan pemberitaan yang penting untuk diketahui masyarakat. Media yang memberitakan suatu peristiwa secara dangkal, sembrono, dan tidak lengkap, sering disebut tidak akurat dan tidak cover both sides. Ini berbahaya bagi masyarakat karena ketidaklengkapan informasi yang didapatnya. Lebih lanjut menurut Kovach dan Rosenstiel semua itu dikarenakan kemalasan meliput dan kedangkalan pelaporan. Lebih ekstrim dikatakannya bahwa kerja media cuma mengisi kolom demi kolom dengan hal-hal yang “halus dan sepele”, enggan berurusan dengan hal-hal “penting dan penuh pertempuran”, lebih banyak menimba fakta-fakta yang sudah “siap edar” dari nara sumber yang sudah rutin dan formal dan “siap wawancara”. Buruknya pemberitaan media menyebabkan ketidaktahuan masyarakat dan ketidaktahuan masyarakat mengakibatkan kerugian.

6.    Kategori Penempatan Halaman
           Halaman penempatan berita pada suatu surat kabar tidak berarti bahwa surat kabar mengabaikan nilai aktualitas dan urgensi suatu berita. Masing-masing surat kabar memiliki cara pandang dan kebijakan sendiri sendiri dalam hal halaman penempatan tergantung kebijakan redaksional masing-masing. Berdasarkan kategori halaman penempatan kecenderungan Harian Fajar,Kompas,Tribun Timur,Seputar Indonesia.dalam menempatkan berita Politik dapat dilihat pada gambar berikut.
Sebaran Persentasi jumlah Pemberitaan Politik
Berdasarkan Halaman Penempatan

  Harian fajar Tribun Timur Seputar Indonesia
Hal 1


Hal 2

10.25%
Hal 3
11.37% 10.25%
Hal 4
6.82%
Hal 5


Hal 6


Hal 7


Hal 8 12.50%

Hal 9 12.50%

Hal 10


Hal 11


Hal 12


Hal 13


Hal 14


Hal 15


Hal 16



                   Sumber : Data hasil Olahan

         Dari Gambar Tersebut di atas Terlihat bahwa ketiga memiliki letak halaman tersendiri yang di tentukan oleh redaksi media itu sendiri dan memiliki keteraturan tersendiri dalam hal penempatan halaman      
         Dan terlihat bahwa Harian Fajar sebanyak 5 kali dihalaman 8 dan 5 kali di halaman 9 masing masing (12.50%) menempatkan beritanya di halaman 8 dan 9.  Sementara itu Tribun Timur selalu menempatkan berita Politiknya pada halaman 3 sampai 4 yakni sebesar 11.37%, pada halaman 3, pada halaman 4 sebesar (6.82%). Adapun Seputar Indonesia selalu menempatkan pada halaman 2 dan 3 masing masing sebesar (43,48%).Untuk lebih jelasnya sebaran pemberitaan berdasarkan halaman penempatan dapat dilihat pada lampiran 6 tentang table frekuensi.
         Secara umum di karenakan wewenang dari redaksi dalam penempatan halaman berita, maka saya selaku peneliti belum bisa mendeskripsikan halaman tersebut di atas, ketiga surat kabar telah menempatkan pemberitaan lingkungan pada proporsi halaman yang masuk akal. Meskipun demikian menurut Santana (2005), berita-berita dengan jenis hard news yang biasanya menyangkut hal-hal penting dan langsung terkait dengan kehidupan pembaca akan ditempatkan pada halaman depan sebuah surat kabar. Pernyataan Santana tersebut sejalan dengan keterangan Oetama (1998), yang menyebutkan biarpun orang bilang bahwa semua halaman surat kabar sama bobotnya, namun secara organis dan psikologis, halaman satu tetap diterima oleh semua pihak sebagai halaman terpenting. Dari dua pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa halaman satu memang penting, termasuk halaman-halaman lainnya juga, yang membedakannya hanyalah kebijakan redaksional terhadap suatu berita.