Minggu, 13 Juli 2014

EUROSENTRISME DAN MENGGUGAT HEGEMONI BARAT

Berawal dari sebuah sejarah sebelum Abad-16 Bangsa Barat & Eropa mengalami Krisis berkepanjangan sehingga mereka berfikir bahwa salah satu solusi untuk keluar dari masa krisis ini dengan Bangkit dan membentuk sistem kekuasaan politik kolonial dan imperial terhadap Bangsa Bangsa lain, Sehingga penjajahan mereka berawal di Konstantinopel membuat Barat diperkaya dengan rempah rempah dan berlangsung cukup lama. Pada tahun 1453 Konstantinopel jatuh di tangan Turki Usmani dan mengakibatkan tertutupnya pasokan rempah rempah sehingga mengakibatkan Bangsa Barat/Eropa Memperluas daerah kekuasaannya di berbagai Samudra salah satunya adalah Bangsa Indonesia. Kolonialisme dan Imperialisme sebenarnya memiliki pengertian yang sama dan sampai sekarang belum mendapatkan Definisi yg lengkap dan kongkrit , akan tetapi tujuan utama Bangsa Barat/Eropa yaitu Gold, Glory dan Gospel. Sehingga membentuk sistem kekuasaan politik dengan cara mendominasi, mengeksploitasi, mendeskriminasi hingga menjadikan negara yg dijajah bergantung kepadanya. Awalnya penjajahan ini hanya untuk memenuhi kebutuhan Ekonomi rempah rempah Barat/Eropa dalam bentuk kolonialisasi sistem tanam paksa, tetapi dengan kerakusannya mereka semakin memperluas wilayah kekuasaan mereka sehingga membentuk imperium imperium yg semakin luas hingga menyentuh pada aspek Budaya, Ideologi, Ilmu Pengatahuan bahkan Agama hingga pada Abad 19. Jika kita kembali pada sejarah peraktek peraktek kekuasaan yang berdasarkan atas kepentingan sudah terjadi pada zaman purbakala ketika pecahnya perang antara Grik tua dengan dinasti Achaemenids ( 600-300 SM) dari imperium Parsi, sejak masa pemerintahannya Cyrus The Great ( 550-530 SM) sampai pada raja raja turunannya. Juga pada Zaman Pertengahan bermula pada abad ke-4 masehi dan berlangsung selama seribu tahun sampai dengan zaman kebangkitan ( Renaissance) di Eropa pada abad ke-14 masehi. Terjadi saling menguasai antara imperium Roma dengan dinasti Sasanids (206-651M), Hingga sampai pada masa tumbangnya kekuasaan islam di Adalusia tahun 1492 M di antaranya pada masa Khalifah Umar Bin Khattab di Parsi (634-644 M) dan Khalifah Walid Bin Abdul Malik di Suraih dan Bani Umayyah ( 705-715 M). Dua Zaman tersebut adalah akar sejarah pertumbuhan dan merupakan minat pihak Barat untuk mempelajari situasi dan kondisi di Timur. Sehingga pada pencapaian kajian terhadap Timur di sebut dengan istilah “Orientalisme” dan sebaliknya pengkajian terhadap Barat disebut dengan” Oksidentalisme”. Terdapat beberapa faktor pendorong atas kajian ini antaranya adalah : Kajian Orientalisme - Berawal dari Perang Salib - Sentuhan Barat Dengan Perguruan Tinggi Islam salah satunya Universitas Tertua yang ada di Mesir dan Universitas Cordova Andalusia. - Penyalinan Naskah-Naskah Arab ke dalam bahasa Latin Mengenai Bidang Ilmiah dan Filsafat. Kajian Oksidentalisme - Awal terjadinya keguncangan peradaban Barat dengan sains Barat membuat ego kehilangan keseimbangan. - Awal kebangkitan dari keguncangan imperialisme yang ditandai dengan munculnya seruan untuk menggunakan cara yang ditempuh penjajah dalam menguasai kita (Timur;Islam). - Gerakan reformasi dan keinginan untuk melepaskan diri dari kekuasaan Turki Usmani, tasawuf dan tradisi lama penguasa, serta munculnya seruan untuk mengambil Barat sebagai contoh kebangkitan modern. - Dibangunnya negara modern setelah terlepas dari negara elit, dan dibutuhkannya teoritisi, teknokrat, sarjana dan birokrat untuk mengisi pos-pos pemerintahan. - Awal pengiriman delegasi keilmuan dan warga kita (Timur) ke Barat untuk belajar disana. - Kunjungan timbal balik antara Timur dan Barat, dan dikenalnya the other oleh ego yang kemudian dianggap sebagai cermin bagi ego. Kebanggaan kepada Barat pun merebak di kalangan kita (Timur), sehingga muncul anggapan bahwa Barat adalah satu-satunya tipe modernisasi. - Awal penulisan tema-tema tentang wacana barat dalam bidang pemikiran, politik, sosial, etika, hukum dan lainnya yang mengakibatkan tersebarnya madzhab Barat di atas realitas kita dan kemudian menjadi fokus kebudayaan pemikat bagi umat manusia. Dominasi Barat / Eropa membentuk hegemoni dari berbagai bentuk kekasaan ,seperti yang di katakan Said dalam wacana Orientalisnya dengan meminjam teori Michel Foucault dan Antoniou Gramchi sebagai pisau bedah, membagi empat jenis relasi kekuasaan yang hidup dalam wacana orientalisme : Pertama kekuasaan Politis, sebetulnya pada wacana orientalisme sama sekali tidak berhubungan langsung dengan kekuatan kekuatan politis secara kongkrit, namun lebih berhubungan dengan suatu pertukaran timbak balik yang tidak seimbang antara berbagai jenis kekuatan. Pada kekuasaan Politik ( Pembentukan Pemerintahan Imperial dan Kolonial) sehingga dapat di jelaskan bahwa pola kekuasaan politis yang menjadi wacana orientalisme yaitu penekanan dan penciptaan superioritas dan inferioritas. Orientalisme selalu menempatkan Timur sebagai pihak inferior, dan pada saat yang sama ia menciptakan Barat yang superior. Inilah yang merupakan proyek oposisi-biner Barat dan memiliki bentuk kesamamaan dengan Analogi Spivak dalam Poskolonial tentang penindasan kelompok minoritas atas kelompok mayoritas, Penindasan Kelas Borjuis atas kelas Proletariat atau Penindasan Laki-Laki atas Perempuan, Fannon juga mengungkapkan bahwa terdapat bentuk Identitas yang lebih tinggi Barat yang berkulit putih dan Identitas rendah adalah Orang Timur “ Poskolonial”. . Kedua kekuasaan Intelektual ( Seperti sains sains dominan, ilmu pengatahuan atau anatomi komparatif ), cukup jelas bahwasanya kekuasaan intelektual yang Dominan adalah Barat/Eropa, faktanya bahwa bentuk kebergantungan Timur terhadap Barat begitu besar dalam berbagai aspek khususnya pada Ilmu pengatahuan, Linguistik, dan Akademis, dalam buku yang di gagas oleh Syed Farid Alatas bahwa dalam teori captive Mind yang lahir dalam konteks kebergantungan. Kebergantungan ini menyoroti relasi antara akademisi di pusat ( Barat ) dan akademisi di pinggiran (Timur), ketika yang disebut pertama mendominasi yang disebut kedua dalam bentuk imperialisme intelektual. Akademisi pinggiran menggantungkan penelitian dan dana pengembangan pada rekan mereka di pusat bahkan jurnal ilmiah dikontrol terutama oleh institusi akademisi di pusat, hal ini di sebut oleh Samir Amin adalah Eurosentrisme . Ketiga kekuasaan Kultural ( seperti ortodiksi- ortodoksi dan undang undang ras, bahasa dan nilai nilai), pada kekuasaan kultural bentuk Dominasi Barat mencakup pada selera, teks, dan kategori estetika kolonial yang di mimiasi/mimikri (dalam konsep Bhaba) oleh bangsa Timur, hal ini bisa di temukan di India, Mesir dan negara negara bekas koloni. Pada Kekuasaan selera di Indonesia terdapat Mcdonald dan Bakery Holland yang begitu di minati Masyarakat Indonesia “ Westernteste” begitu pula Style seperti gaya berbusana, warnah kulit, bentuk Hidung bahkan oprasi plastik , tidak lain hanyalah untuk mempercantik diri Mirip Orang Orang Barat “ Westernisasi” dan kesemuanya adalah budaya Barat yang diadopsi oleh bangsa Timur khususnya Indonesia ( Indikasi Eurosentrisme ). Keempat Moral kekuasaan ( Seperti gagasan-gagasan tentang apa yang” kita ” lakukan dan apa yang tidak dapat “ mereka ” lakuakan atau pahami seperti yang “ kita ” lakukan atau “ kita ” pahami ), secara Subtansial Kekuatan moral menurut Said adalah tentang apa yang baik dan tidak baik dilakukan Timur. Said mengungkapkan bagaimana orang-orang Arab mengalami pendiskreditan dan pemaksaan identitas yang signifikan. Sebagaima negara yang terbelakang, Arab dikonstruksikan dan direpresentasikan sebagai bangsa yang berbahaya, rendah, statis, dan berbagai predikat buruk lainnya. Pendapat ini juga mungkin ditujukkan untuk menjustifikasi praktik “kontrol” sewenang-wenang negara Barat terhadap negara Arab atau Timur Tengah. Selanjutnya, Barat juga mempunyai peran besar dalam menciptakan representasi dan prototip wanita Timur dengan segala eksotisme, sensualitas, dan kebisuannya. Flaubert dalam Kuchuk Hanem, Harem, dan konsepsi hina wanita Timur dalam teks-teks lainnya merupakan contoh dari hal ini. Solusi dan Kongklusi : Dikotomi negara maju dan negara berkembang merupakan wacana yang hidup dalam orientalisme, negara maju adalah negara-negara Barat, terutama Eropa. Dan negara berkembang, dengan tingkat Human Development Index yang rendah adalah Asia dan Afrika. Bentuk dikotomi ini menegaskan superioritas Barat dan inferioritas Timur. Secara Politis, intelektual, kultural, moral, dan ekonomi, predikat negara berkembang ini merupakan suatu hegemoni Barat. Karena dengan dikotomi itu, negara Barat terkesan legitimate untuk memberikan perlakuan khusus kepada negara-negara berkembang, dengan rezim World Bank atau WTO. Sah-sah saja memang menggolongkan negara sesuai dengan kemampuan ekonominya, tetapi yang perlu dicermati di sini adalah, setelah mempelajari postkolonialisme dan orientalisme khususnya, saya menjadi sadar bahwa konstruksi dan konsepsi internasional seperti istilah negara berkembang merupakan bentuk-bentuk tak terlihat dari kolonialisme jenis baru. Dan kita sebagai orang Timur hendaknya berhenti membentuk diri kita sendiri sesuai konsepsi Barat: Timur yang inferior, fundamentalis, miskin, intelektualitas rendah, dan predikat lainnya merupakan ilusi yang tidak harus kita terima tetapi yang harus kita lawan adalah sebuah Solusi menurut saya. WASSALAM”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar