Sabtu, 31 Agustus 2013

Teori Fungsionalisme Tentang Stratifikasi (Kingsley Davis)

Salah satu karya yang cukup terkenal dari fungsionalisme struktural ialah teori fungsionalisme struktural tentang stratifikasi sosial. Teori ini dikemukakan oleh Kingsley Davis dan Wilbert Moore. Davis dan Moore menganggap bahwa stratifikasi sosial sebagai satu kenyataan yang universal yang diperlukan untuk memepertahankan keberlangsungan hidup suatu masyarakat. Mereka berpendapat bahwa tidak ada masyarakat yang tidak punya sistem stratifikasi sosial. Karena stratifikasi sosial tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Akan tetapi stratifikasi yang dimaksud bukannya individu-individu yang ada didalam stratifikasi itu, melainkan sistem posisi-posisi yang mengandung prestise-prestise yang berbeda-beda didalam masyarakat dan bukannya pada individu-individu yang menduduki posisi tertentu. Maka dari itu para pendukung teori ini melakukan usaha bagaimana memotivasi masyarakat dan menempatkan orang-orang kedalam posisi-posisi yang tepat didalam sistem stratifikasi. Disini ada dua hal yang harus diperhatikan, yakni : pertama, bagaimana masyarakat membangkitkan didalam individu-individu yang tertentu keinginan untuk menduduki posisi tertentu. Kedua, setelah orang itu menerima untuk menduduki posisi yang cocok untuk stratifikasinya, selanjutnya bagaimana masyarakat membangkitkan didalam diri orang itu keinginan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan yang dituntut oleh posisi itu atau bagaimana ia menjalankan tugas-tugas sesuai dengan posisinya itu. Persoalan penempatan orang-orang ke dalam posisi yang tepat muncul ke permukaan karena tiga alasan. Pertama, ada posisi tertentu yang lebih nyaman dibandingkan dengan posisi-posisi yang lainnya. Kedua, ada posisi-posisi tertentu yang penting untuk menjaga keberlangsungan hidup suatu masyarakat dibandingkan dengan posisi-posisi lainnya. Ketiga, posisi-posisi di dalam masyarakat menuntut sejumlah bakat dan kemampuan tertentu. Itulah sebabnya penempatan orang kedalam posisi-posisi tertentu menjadi persoalan. Davis dan Moore lebih memusatkan analisanya pada posisi-posisi yang mempunyai fungsi yang penting dalam menjaga keberlangsungan hidup masyarakat. Menurut mereka, posisi-posisi tinggi didalam stratifikasi sosial dianggap sebagai posisi-posisi yang kurang menyenangkan tetapi sangat penting untuk menjaga keberlangsungan hidup masyarakat dan membutuhkan bakat dan kemampuan yang besar. Oleh karena itu masyarakat menambahkan didalam posisi itu ganjaran-ganjaran (reward) sehingga orang-orang yang bekerja didalam posisi itu dapat melakukan pekerjaannya sesuai dengan posisinya dan rajin. Sebaliknya, posisi-posisi yang lebih rendah lebih menyenangkan tetapi kurang penting dan tidak membutuhkan bakat dan kemampuan khusus untuk melaksanakannya. Masyarakat juga tidak menganggap terlalu penting bahwa orang-orang yang menduduki psosisi-posisi itu harus melaksanakan tugasnya dengan rajin. Agar posisi-posisi tinggi dan berat itu diduduki oleh orang-orang tertentu, maka masyarakat harus menyiapkan bagi posisi-posisi itu berbagai macam reward atau ganjaran, seperti prestise yang besar, gaji yang tinggi, dan kenikmatan. Misalnya, supaya kebutuhan dokter terjamin maka masyarakat menyiapkan berbagai ganjaran untuk mereka seperti prestise, gaji dan kenikmatan hidup. seseorang tidak akan menghabiskan waktu dan tenaga melakukan studi ilmu kedokteran yang berat, lama, dan mahal, kalau posisi itu tidak memberi ganjaran atau reward yang tingi kepada posisi dokter tersebut. Jadi, orang-orang yang menduduki posisi penting harus mendapat ganjaran supaya posisi itu tetap terisi. Kalau tidak, orang tidak bakal ingin mengisi posisi itu. Fungsionalisme struktural tentang stratifikasi sosial juga mendapat banyak kritikan dari lawan-lawannya. Seperti halnya pada setiap teori pasti ada bias atau kritikan mengenai teori tersebut. Adapun kritik-kritik yang paling menonjol adalah: 1. Teori fungsionalisme struktural melanggengkan posisi-posisi khusus yang memiliki kekuasaan, prestise, dan kekayaan. Hal ini terjadi karena mereka berpendapat bahwa posisi-posisi itu layak mendapatkan kekuasaan, prestise, atau kekayaan demi keberlangsungan hidup masyarakat. 2. Teori ini juga menekankan perbedaan pentingnya posisi-posisi dalam menunjang keberlangsungan hidup masyarakat. Misalnya, manager perusahaan lebih penting dari pada tukang sampah. Persoalannya ialah apakah benar demikian? Walaupun dibayar rendah, kelihatannya posisi tukang sampah lebih penting untuk keberlangsungan hidup suatu masyarakat daripada seorang manajer di kantornya. 3. Kalaupun ada posisi penting di dalam masyarakat, mereka tidak selalu mendapat ganjaran yang besar sesuai dengan posisinya. Seorang perawat, misalnya, pasti mempunyai posisi penting untuk keberlangsungan hidup suatu masyarakat, namun dia dibayar lebih rendah dari intang film yang posisinya sama sekali kurang penting untuk keberlangsungan hidup masyarakat. 4. Apakah benar bahwa masyarakat kekurangan orang-oranng yang mampu menduduki posisi tingkat tinggi? Dalam kenyataannya, banyak orang yang dihalangi atau terhalang untuk dididik guna mencapai posisi-posisi tinggi itu sekalipun mereka mempunyai kemampuan. Dalam dunia kedokteran, misalnya, selalu ada usaha untuk membatasi jumlah dokter dengan segala macam cara. Selain itu banyak orang yang tidak pernah mendapat kesempatan untuk menduduki posisi tinggi sekalipun jelas bahwa mereka mempunyai kemampuan dan bisa memberikan kontribusi terhadap masyarakat. Dalam kenyataannya, orang-orang yang menduduki posisi tinggi selalu berusaha untuk tetap bertahan di dalamnya posisinya karena kepentingan-kepentingan pribadi. 5. Kita tidak harus menawarkan prestise, kekuasaan dan harta supaya orang mau menduduki posisi-posisi tertentu. Orang bisa juga termotivasi untuk menduduki posisi tertentu karena kepuasan yang mereka peroleh dari pekerjaannya atau karena mereka menddapat kesempatan untuk melakukan pelayanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar